PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : OKSIGENASI (BAGIAN -1)
Materi :
1. Fisiologi jantung
Fisiologi system kardiovaskuler adalah
mengantarkan oksigen, nutrient, dan substansi lain ke jaringan dan membuang
produk sisa metabolism seluler melalui pompa jantung, system vaskuler
sirkulasi, dan integrase system lainnya.
Dalam fisiologi system kardiovaskuler
yang berhubungan dengan oksigenasi adalah :
a.
Struktur
dan fungsi system kardiovaskuler
Ventrikel dekstra memompa darah melalui
sirkulasi pulmonal yang dikenal sirkulasi darah kecil.
Ventrikel sinistra memompa darah ke
sirkulasi sistemik yang dikenal dengan sirkulasi darah besar.
1)
Pompa
miokard
Kerja pompa miokard sangat penting untuk
mempertahankan aliran oksigen.
Efektifitas pompa yang menurun akan
menyebabkan penurunan curah jantung, sehingga volume darah yang dipompakan oleh
ventrikel pun akan menurun.
Penyebab penurunan efektifitas pompa
miokard yaitu perdarahan dan dehidrasi.
Kondisi penyakit yang menyebabkan
penurunan efektifitas pompa miokard misalnya, penyakit arteri coroner (CAD) dan
kardiomiopati.
Ventrikel terisi darah pada saat
diastole. Kondisi ini keadaan ventrikel adalah dilatasi.
Ventrikel memompa darah pada saat sistolik.
Kondisi ini kondisi ventrikel adalah kontraksi.
Kefektifitasan daya pompa miokard dapat
dipantau dengan cara melakukan pemeriksaan tekanan darah.
2)
Aliran
darah miokard
Untuk mempertahankan aliran darah
adekuat ke dalam sirkulasi, maka aliran darah ke miokard harus adekuat terlebih
dahulu.
3)
Sirkulasi
arteti koronaria
Sirkulasi coroner merupakan cabang dari
sirkulasi sistemik yang menyuplai oksigen dan nutrient bagi miokard itu
sendiri.
Gangguan sirkulasi coroner akan
menyebabkan miokard kekurangan suplai oksigen sehingga terjadi nekrosis hingga
infark.
4)
Sirkulasi
sistemik
Sirkulasi sistemik mengalirkan darah
yang berisi oksigen dan nutrient ke seluruh jaringan tubuh.
5)
Pengaturan
aliran darah
Jumlah darah yang dipompa untuk
dikeluarkan oleh ventrikel dalam 1 menit dinamakan Curah Jantung (CJ).
Julah darah yang dipompa untuk keluar
oleh ventrikel dalam 1 kali kontraksi dinamakan Volume Sekuncup (VS).
Curah Janutng normalnya adalah 4 – 6
liter per menit pada orang dewasa normal
dengan berat badan 70 kg. saat beristirahat.
Volume darah yang bersirkulasi akan
berubah sesuai kebutuhan oksigen dan metabolism tubuh.
Kondisi yang dapat meningkatkan curah
jantung, misalnya pada saat latihan berat, kehamilan, datau saat demam.
Curah Jantung dapat disajikan dalam
rumus berikut ini :
Curah Jantung (CJ) = Volume Sekuncup (VS) x Denyut Jantung (DJ)
Volume sekuncup dipengaruhi oleh :
a)
Jumlah
darah di ventrikel kiri pada akhir diastole (preload)
b)
Tahanan
terhadap semprotan ventrikel kiri (afterload)
c)
Kontraktilitas
miokard
Volume
preload berbanding lurus dengan curah jantung.
Bila
preload meningkat, maka curah jantung akan meningkat. Begitu pun sebaliknya,
apabila preload berkurang, maka curah jantung pun akan berkurang.
Kontraksi
miokard yang buruk akan menurunkan volume sekuncup dan curah jantung pun akan
menurun.
b.
System
konduksi jantung
Relaksasi dan kontraksi atrium serta
ventrikel bergantung pada system konduksi jantung.
System ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
SA Node – Atrium berkontraksi – AV Node
– berkas His – Serabut Purkinje – Ventrikel berkontraksi
System konduksi jantung direfleksikan
melalui alat Elektrokardiogram (EKG)
Rangkaian normal pada gambaran hasil EKG
dinamakan Irama Sinus Normal.
Gelompang P merupakan konduksi listrik
melalui Atrium
Dalam kondisi normal, kontraksi atrium
mengikuti gelombang P.
Interval PR mewakili waktu perjalanan
impuls melalui AV Node, berkas His, dank e serabut Purkinje.
Interval PR normalnya adalah 0,12 – 0,20
detik.
Peningkatan waktu mengindikasikan
terdapat hambatan pada transmisi impuls melalui AV Node.
Sedangkan, penurunan waktu
mengindikasikan dimulainya impulas dari suatu sumber lain selain SA Node.
Kompplek QRS mengindikasikan impuls
telah berjalan melalui ventrikel.
Komplek QRS normal adalah 0,6 – 0,12
detik.
Peningkatan durasi komplek QRS
mengindikasikan suatu penuundaan waktu konduksi melalui ventrikel.
Kontraksi ventrikel terjadi setelah
komplek QRS.
Interval QT mewakili waktu yang
dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi ventrikel.
Perubahan nilai elektrolit, seperti
hipokalsemia atau terapi obat – obatan seperti, quinidine, disopiramid,
amiodarone, dan teofilin dapat meningkatkan interval QT.
Pemendekan interval QT dapat terjadi
pada kondisi pemberian terapi digitalis, hyperkalemia, dan hiperkalsemia.
2. Fisiologi pernafasan
Proses oksigenasi terdiri dari :
a.
Ventilasi
b.
Perfusi
c.
Difusi
Agar
proses oksigenasi dapat terjadi, maka organ, saraf, dan otot pernafasan harus
dalam kondisi utuh dan system saraf pusat sebagai pusat pengatur pernafasan
(medulla oblongata) pun harus mampu bekerja dengan baik dalam mengatur
pernafasan.
a.
Struktur
dan fungsi organ pernafasan
Frekuensi dan pola pernafasan dapat
berubah apabila struktur organ pernafasan mengalami gangguan atau penyakit.
b.
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses menggerakkan
gas ke dalam dan keluar paru – paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi
otot pulmonum, thoraks yang elastis, dan
persarafan yang utuh.
1)
Kerja
pernafasan
Kerja pernafasan ditentukan oleh
komplians paru, tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan
penggunaan otot – otot bantu pernafasan.
Komplians paru merupakan kemampuan paru
untuk mengembang sebagai respons terhadap peningkatan tekanan intra-alveolar.
Komplians paru akan menurun pada kondisi
edema pulmonary, fibrosis pleura, dan kelainan struktur traumatic atau
kongenital seperti, kifosis atau fraktur iga.
Tahanan jalan nafafs merupakan perbedaan
tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan kecepatan aliran gas yang di
inspirasi.
Tahanan jalan nafas dapat meningkat
akibat adanya obstruksi jalan nafas, asma, atau edema trakea.
Jika tahanan meningkat, jumlah udara
yang melalui jalan nafas akan menurun.
Ekspirasi merupakan proses pasif normal
yang bergantung pada recoil elatis dan membutuhkan sedikit kerja otot bantu
bernafas atau tidak sama sekali.
Klien yang mengalami penyaklit pulmonary
kronis akan kehilangan recoil sehingga ekspirasi akan meningkat.
Penggunaan otot – otot bantu pernafasan
dapat meningkatkan volume paru selam inspirasi. Hal in dapat terlihat dari
tingginya klavikula klien saat inspirasi.
Klien yang mengalami penyakit pulmonary
kronis, khususnya emfisema, sering menggunakan otot ini untuk meningkatkan
volume paru.
2)
Volume
paru
Volume paru merupakan kapasitas paru
untuk menampung udara yang masuk dan meninggalkan paru – paru.
Volume paru dapat di uur melalui
pengukuran Spirometri.
Variasi volume paru dapat dihubungkan
dengan kondisi seperti, kehamilan,
latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif atau restriktif.
3)
Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru –
paru karena adanya perbedaan tekanan.
Agar udara dapat mengalir masuk kedalam
paru – paru, maka tekanan intra pleura harus lebih negative dari tekanan
atmosfer dan alveoli.
c.
Perfusi
Perfusi merupakan proses perpindahan zat
atau molekul melalui perantara membran yang tipis bersifat semi-permeabel.
Sirkulasi pulmonary berfungsi
mengalirkan darah dari dan ke membran kapiler alveoli sehingga dapat
berlangsung pertukaran gas didalam alveoli.
d.
Pertukaran
gas (difusi)
Oksigen dan karbondioksida mengalami
pertkaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh.
Proses pertukaran ini bergantung pada
proses difusi.
Proses difusi adalah proses perpindahan
zat dari suatu daerah yang memiliki konsentrat tinggi menuju daerah yang
memiliki konsentrat rendah.
Kewcepatan difusi dipengaruhi ketebalan
membran.
Peningkatan ketebalan membran akan
menghalangi proses difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu
untuk melewati membran tersebut.
Klien yang mengalalmi edema pulmonary,
infiltrasi paru, atau efusi pleura memiliki ketebalan membran yang meningkat
sehingga proses difusi terjadi dengan lambat, pertukaran gas pun akan menjadi
terlambat dan mengganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan.
e.
Pengaturan
pernafasan
Tujuan
utama pengaturan pernafasan adalah mensuplai kebutuhan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Pernafasan
dikendalikan oleh pengaturan system saraf dan system kimiawi.
3. Factor – factor yang mempengaruhi
oksigenasi
Factor yang mempengaruhi oksigenasi
yaitu :
a.
Factor
fisiologis
Setiap
kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung akan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Klasifikasi
gangguan umum pada jantung yang mempengaruhi oksigenasi diantaranya adalah :
1)
ketidakseimbangan
konduksi,
2)
kerusakan
fungsi katup,
3)
hipoksia
miokard,
4)
kondisi
– kondisi kardiomiopati, dan
5)
hipoksia
jaringan perifer.
Gangguan
umum pernafasan yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya
yaitu :
1)
hipervenetilasi,
2)
hipoventilasi,
dan
3)
hipoksia.
Proses
fisiologis lain yang mempengaruhiu kebutuhan oksigenasi yaitu :
1)
penurunan
kapasitas pembawa oksigen (kekurangan haemoglobin sebagai penyebab anemia),
2)
peningkatan
kebutuhan metabolism (saat hamil, aktifitas fisik berat), dan
3)
perubahan
yang mempengaruhi pergerakan dinding dada atau system saraf pusat (hamil,
obesitas, kelainan mmuskuloskeletal, trauma, pennnyakit otot, penyakit system
saraf, trauma system saraf).
b.
Factor
perkembangan
1)
Bayi
premature beresiko mengalami penyakit membran hyaline (Acute Respirasi
Disstress Syndrome) sebagai akibat ketidak mampuan memproduksi surfaktan
2)
Bayi
dan usia toddler beresiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai akibat
pemaparan yang terlalu sering dengan asap rokok yang dihisap oleh orang lain.
Obsruksi jalan nafas dapat terjadi jika ada benda asing teraspirasi seperti,
makanan, mainan, kancing, dan permen.
3)
Anak
usia sekolah dan remaja dapat terpapar infeksi saluran nafas akibat perilaku
merokok dan terpapar asap rook yang dikonsumsi sendiri maupun orang lain.
4)
Usia
dewasa muda dan menengah resiko terpapar penyakit kardiopulmonar karena pola
diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, penggunaan obat – obatan, dan
kebiasaan merokok.
5)
Pada
lansia sebagai efek proses penuaan akan mempengaruhi komplians paru, ventilasi,
dan difusi yang menurun.
c.
Factor
perilaku
Factor
gaya hidup yang mempengaruhi fungsi pernafasan yaitu :
1)
Nutrisi
2)
Latihan
fisik
3)
Kebiasaan
merokok
4)
Penyalah
gunaan obat- obatan
5)
kecemasan
d.
Factor
lingkungan
Factor
lingkungan yang mempengaruhi oksigenasi adalah akibat adanya polutan yang
mersak kondisi udara misalnya :
1)
Asbes
daerah pekerja
2)
Debu
lingkungan perkotaan
3)
Bedak
/ talk
4)
Serabut
yang dibawa oleh udara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar