LANJUTAN .......
PENATALAKSANAAN DISPNEU
1.
Penatalaksanaan
dispneu
Dispneu sulit untuk di hitung dan
diobati.
Modalitas penanganan secara individual
pada setiap klien dan biasanya lebih dari 1 terapi.
Proses penyebab dan yang dapat
memperburuk dispneu harus diobati dan distabilkan pada tahap awal, kemudian di imlementasikan 4
terapi tambahan, yaitu :
a.
Tindakan
farmakologi
Agens
farmakologi mencakup bronkodilatator, steroid, mukolitik, dana gens anti
ansietas
b.
Terapi
oksigen
Pemberisan
oksigen tambahan melalui kanul atau masker oksigen.
Terapi
oksigen dapat mengurangi dispneu yang di asosiasikan dengan latihan fisik.
c.
Teknik
fisik
Teknik
nafas dalam dan pengontrolan batuk dapat mengurangi dispneu
d.
Teknik
psikososial
Teknik
relaksasi, biofeedback, dan meditasi merupakan tindakan fisiososial yang dapat
mengurangi dispneu.
2. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
3 tipe intervensi digunakan untuk
mempertahankan kepatenan jalan nafas :
a.
Teknik
batuk
Teknik
batuk efektif dapat mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Batuk
efektif memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan nafas bagian atas
dan bawah.
Teknik
batuk efektif mencakup :
1)
Teknik
nafas dalam dan batuk klien pasca operasi
2)
Batuk
cascade, klien mengambil nafas dalam dengan lambat dan menahannya selama 2
detik sambal mengkontraksikan otot – otot ekspirasi. Kemudian klien membuka
mulut dan melakukan serangkaian batuk melalui ekspirasi.
3)
Batuk
huff, batuk dengan mengeluarkan suara
huff
4)
Batuk
quad, batuk dengan bantuan dorongan otot – otot abdomen dan diafragma.
b.
Penghisapan
(suction)
Dilakukan
apabila klien tidak mampu mengeluarkan sekresi dari saluran nafas dengan teknik
batuk efektif.
Dibuthkan
teknik steril untuk teknik suction.
Setiap
tipe suction menggunakan kateter dengan ujung bulat dan dengan sejumlah lubang
di sepanjang sisi kateter pada ujung distal.
Teknik
suction :
1)
Suction
nasofaring dan orofaring
2)
Suction
nasotrakea da orotrakea
c.
Insersi
jalan nafas buatan
Insersi
jalan nafas buatan di indikasikan untuk :
1)
klien
yang mengalami penurunan tingkat kesadaran,
2)
klien
yang mengalami obstruksi jalan nafas,
3)
klien
yang menggunakan ventilasi mekanis,
4)
perlu
mengangkat sekresi trakeo – bronkial (suction trakeo – bronkial)
Teknik insersi jalan nafas buatan :
1)
orofaringeal
airway (OPA / guedells)
2)
endotrakeal
tube
3)
trakeostomi
3. Mobilisasi secret pulmonary
Intervensi keperawatan yang dapat me –
mobilisasi sekresi pulmonary dapat dilakukan dengan teknik :
a.
Hidrasi
Upaya
mempertahankan hidrasi sistemik yang adekuat menjaga kebersihan mukolisilia
normal.
Cara
yang paling baik untuk mepertahankan sekresi encer adalah dengan memberikan
asupan cairan 1500 – 2000 ml per hari, kecuali kontra indikasi karena status
jantung.
Keadekuatan
hidrasi dapat ditentukan dari warna, konsistensi, dan pengenceran sekresi yang
mudah
b.
Humidifikasi
Humidifikasi
adalah proses penambahan air ke gas.
Humidifikasi
diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen.
c.
Nebulisasi
Nebulisasi
merupakan proses penambahan pelembab atau obat – obatan ke udara yang di
inspirasi dengan mencampur partikel berbagai ukuran dengan udara.
Nebulisasi
sering digunakan untuk pemberian bronkodilatator dan mukolitik.
d.
Fisioterapi
dada
Fisioterapi
dada merupakan kelompok terapi yang digunakan dengan kombinasi untuk
memobilisasi sekresi pulmonary.
Terapi
ini terdiri dari :
1)
Postural
drainase
Postural
drainase adalah penggunaan teknik pengaturan posisi yang membuang sekresi dari
segmen tertentu di paru dan bronkus ke dalam trakea
2)
Perkusi
dada
Perkusi
dada dilakukan denganmengetuk dinding dada di atas daerah yang akan di drainase..
Tangan
diposisikan sehingga jari – jari dan ibu jari saling menyentuh dan tangan
membentuk seperti mangkuk.
Perkusi
menjadi kontra indikasi bagi klien yang mengalami gangguan perdarahan,
osteoporosis, atau fraktur costae.
3)
Vibrasi
Vibrasi
merupakan tekanan halus yang menggoyang, yang diberikan pada dinding dada hanya
selama ekslirasi.
Vibrasi
tidak direkomendasikan pada bayi dan anak kecil
Fisioterapi dada direkomendasikan pada
klien yang memproduksi sputum dengan jumlah > 30 ml per hari.
4. Mempertahankan atau meningkatkan
pengembangan paru
Intervensi untuk mempertahankan dan
meningkatkan pengembangan paru termasuk dengan melakukan tindakan non - invasive.
Teknik ini terdiri dari :
a.
Pengaturan
posisi
b.
Fisioterapi
dada
c.
Spirometry
pendorong
d.
Selang
dada (water seal drainage)
5. Mempertahankan atau meningkatkan
oksigenasi
Untuk dapat mempertahankan dan
meningkatkan oksigenasi jaringan adalh dengan pemberian terapi oksigen.
Tujuan terapi oksigen adalah mencegah
atau mengatasi hipoksia.
Metode pemberian terapi oksigen :
a.
Kanul
nasal
b.
Kateter
nasal
c.
Oksigen
transtrakea
d.
Masker
oksigen
e.
Ventilator
mekanis
Prosentase rata – rata masing – masing
teknik pemberian terapi oksigen
sistem arus pemberian oksigen
|
teknik terapi oksigen
|
volume (liter per menit)
|
prosentase kadar oksigen
jaringan
|
rendah
|
nasal kanul
|
1
|
24%
|
2
|
28%
|
||
3
|
32%
|
||
4
|
36%
|
||
5
|
40%
|
||
6
|
44%
|
||
rendah
|
transtrakeal
|
0,5 sampai 4
|
24 - 40%
|
masker wajah sederhana
|
5 sampai 6
|
40%
|
|
6 sampai 7
|
50%
|
||
7 sampai 8
|
60%
|
||
masker wajah dengan reservoir
|
6
|
60%
|
|
7
|
70%
|
||
8
|
80%
|
||
9
|
90%
|
||
10
|
> 99
|
||
masker wajah non - rebreathing
|
4 sampai 10
|
60 - 100
|
|
tiinggi
|
masker wajah venturi
|
3
|
24%
|
6
|
28%
|
||
9
|
40%
|
||
12
|
40%
|
||
15
|
50%
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar