Jumat, 08 Mei 2020

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT (BAGIAN - 4)

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT

(BAGIAN - 4)




1.      Implementasi gangguan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tubuh
a.       Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1)      Penggantian cairan secara enteral
a)      Asupan cairan oral

Dilakukan pada pasien yang mengalami :
(1)   muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi  mekanis dalam saluran gastro intestinal, kecuali jika dikontra indikasikan.
(2)   Klien yang tidak mampu mentoleransi makanan padat, tetapi masih dapat mentoleransi menelan cairan.
(3)   Penyakit – penyakit ringan, seperti diare, infeksi saluran nafas, dan juga demam
(4)   Klien yang baru pulih dari anestesi atau bedah saluran gastro intestinal

b)      Asupan cairan Naso Gastrik Tube

Sangat tepat diberikan pada pasien :
(1)   Tidak mampu menelan
(2)   Setelah bedah oral
(3)   Reflex menelan mengalami kerusakan

2)      Penggantian cairan secara parenteral
a)      Nutrisi parenteral total (NPT)

Merupakan nutrisi dalam bentuk larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa dan nutrient lain serta elektrolit yang diberikan melaluui kateter intravena sentral atau kateter intravena menetap

b)      Terapi cairan dan elektrolit intravena (terapi intravena atau infus)

Bertujuan untuk mengkoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
Peran perawat dalam pemberian terapi cairan intravena :
(1)   Identifikasi larutan yang benar

Kategori larutan elektrolit : isotonic, hipertonik, hipotonik.

(2)   Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

Peralatan standar terapi cairan intravena :
(a)          Larutan intravena yang akan diberikan (cairan infus)
(b)         Selang intravena (selang infus)
(c)          Jarum infus (kateter intravena )
(d)         Cairan antiseptic (alcohol dan betadine)
(e)          Tourniquet
(f)          Balutan infus (kassa)
(g)          Handscoon steril
(h)         Papan penopang lengan, jika perlu

Prinsip pungsi vena pada pemasangan infus, pertimbangan kondisi, peringatan, dan kontra indikasi pungsi vena)  :
(a)    Gunakan ekstermitas yang tidak dominan
(b)   Pertama harus cari vena distal, kemudian daerah proksimal
(c)    Pada pasien lansia dan anak – anak :
·         hindari pungsi vena pada daerah vena yang mudah bergeser dan rapuh, misalnya vena daerah permukaan dorsal tangan.
·         Gunakan kateter IV dan jarum IV dengan ukuran yang paling kecil (24 atau 26)
·         Gunakan tourniquet dengan tekanan minimal
·         Cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan penggunaan plester.
(d)   Pungsi vena di kontra indikasikan pada kondisi sebagai berikut :
·         Memiliki tanda – tanda infeksi, berwarna merah, kenyal, bengkak, dan kemungkinan hangat saat disentuh
·         infiltrasi, sudah di pungsi berulang kali, atau
·         trombosis
(e)    Tempat pungsi vena paling umum adalah tangan dan lengan. Penggunaan pungsi vena pada kaki biasanya dilakukan pada pasien pediatric.

(3)   Memahami prosedur yang benar
(4)   Mengatur dan mempertahankan system pemberian terapi cairan intravena yang benar

Menghitung jumlah tetesan infus :




(5)   Mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan terapi cairan intravena

Menghentikan terapi intravena :
(a)    Jumlah cairan yang diprogramkan telah terpenuhi
(b)   Terjadi infiltrasi,
(c)    Terjadi flebitis, atau
(d)   Terjadi thrombus di ujung kateter IV

Komplikasi terapi intravena :
(1)   Infiltrasi, terjadi ketika cairan IV memasuki ruangan subkutan disekeliling tempat pungsi vena. Tandanya tumor dan palor (penurunan sirkulasi) didaerah sekitar tempat pungsi. Nyeri juga dapat timbul.
(2)   Flebitis, adalah peradangan vena yang disebabkan oleh kateter IV atau iritasi zat adiktif dan obat – obatan yang diberikan secara intravena. Tandanya nyeri, peningkaan suhu kulit di atas vena, kemerahan daerah insersi.
(3)   Beban cairan berlebih, dapat terjadi pada saat klien menerima pemberian larutan yang terlalu cepat. Temuan yang diperoleh adalah berupa dyspnea, suara crackel di paru – paru, dan takikardi.
(4)   Perdarahan, terjadi pada pasien yang mendapat terapi tambahan Heoarin atau mengalami gangguan pembekuan darah.
(5)   Infeksi , disebabkan kontaminasi system IV, tempat pungsi, atau larutan itu sendiri.

c)      Penggantian darah (transfuse)

Penggantian darah atau transsfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur IV.
Tujuan transfuse darah :
(1)          Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan
(2)          Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat
(3)          Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi penganti (misalnya factor – factor pembekuan – plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien penderita hemophilia)

Golongan dan tipe darah :

Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian

Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901, di mana dia menerima Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1930.
Golongan darah ABO juga terdapat dalam beberapa hewan lainnya seperti hewan pengerat dan kera, termasuk simpanse, bonobo, dan gorila.
Pada sistem ABO, golongan darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat pada eritrosit.
Aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah.

Baik Aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi 2 jenis.
Aglutinogen terbagi menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi menjadi α danβ. 
Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan aglutinin β menggumpalkan B.

Ada beberapa catatan penting yang harus diingat !!!!
Golongan darah O adalah donor universal, sedangakan golongan darah AB adalah resipien universal.
Artinya adalah, Golongan darah O (donor universal) dapat mendonorkan darahnya ke semua golongan darah dan hanya bisa mendapat transfuse donor dari golongan darah O saja.
Sedangkan golongan darah AB (resipien universal hanya dapat mendonorkan darahnya ke golongan darah AB saja, namun dapat menerima transfuse donor dari golongan darah apa saja.

Ada sedikit informasi penting terkait sistem golongan darah rhesus ini.
Apabila seorang perempuan dengan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, maka ketika perempuan tersebut mengandung anak dengan rhesus positif untuk pertama kalinya maka tidak akan terjadi apapun pada bayinya.
Akan tetapi, jika perempuan tersebut mengandung bayi dengan rhesus positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi Eritroblastosis fetalis pada bayinya karena antibodi ibu yang sudah terbentuk akan menggumpalkan antigen yang ada darah bayi. Efeknya, antibodi ibu akan memakan darah bayi dan bayi yang dilahirkan akan mengalami anemia akut.









Sistem golongan darah ABO digunakan untuk menunjukkan adanya salah satu, keduanya, atau tidak satu pun dari antigen A dan B dalam eritrosit.
Suatu ketidakcocokan yang sangat jarang (dalam kedokteran modern) dalam hal ini, atau serotipe lainnya, dapat menyebabkan reaksi yang serius, berpotensi fatal, dan reaksi berbahayasetelah transfusi, atau respons imun kontraindikasi terhadap transplantasi organ.  
Antibodi anti-A dan anti-B yang terkait biasanya antibodi IgM, yang dihasilkan pada tahun-tahun pertama kehidupan melalui sensitisasi terhadap zat-zat yang berhubungan dengan lingkungan, seperti makanan, bakteri, dan virus.

Proses transfuse darah atau komponen darah merupakan prosedur keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama transfuse serta mengatur transfuse yang dilakukan.

Apabila klien terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat pungsi vena untuk melihat adanya tanda infeksi atau infiltrasi.
Perawat juga harus menentukan bahwa kateter IV yang digunakan berukuran 18 – 19 G. selang kateter IV berukuran ini dapat meningkatkan aliran karena molekul darah dan komponennya lebih besar dari molekul cairan IV.
Selang kateter IV berukuran besar juga dapat mencegah hemolysis.
Perawat harus memastikan bahwa selang IV untuk transfuse memiliki filter didalamnya dan harus di bilas hanya dengan cairan Normal Salin 0,9 %.
Pemakaian larutan IV lain akan menyebabkan hemolysis.

b.      Koreksi ketidak seimbagngan asam – basa
Pemeriksaan Analisa Gas Darah Arteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar