(BAGIAN - 4)
1.
Implementasi
gangguan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tubuh
a.
Koreksi
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1)
Penggantian
cairan secara enteral
a)
Asupan
cairan oral
Dilakukan
pada pasien yang mengalami :
(1)
muntah,
tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar, atau tidak
mengalami obstruksi mekanis dalam
saluran gastro intestinal, kecuali jika dikontra indikasikan.
(2)
Klien
yang tidak mampu mentoleransi makanan padat, tetapi masih dapat mentoleransi
menelan cairan.
(3)
Penyakit
– penyakit ringan, seperti diare, infeksi saluran nafas, dan juga demam
(4)
Klien
yang baru pulih dari anestesi atau bedah saluran gastro intestinal
b)
Asupan
cairan Naso Gastrik Tube
Sangat
tepat diberikan pada pasien :
(1)
Tidak
mampu menelan
(2)
Setelah
bedah oral
(3)
Reflex
menelan mengalami kerusakan
2)
Penggantian
cairan secara parenteral
a)
Nutrisi
parenteral total (NPT)
Merupakan
nutrisi dalam bentuk larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa dan
nutrient lain serta elektrolit yang diberikan melaluui kateter intravena
sentral atau kateter intravena menetap
b)
Terapi
cairan dan elektrolit intravena (terapi intravena atau infus)
Bertujuan
untuk mengkoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
Peran
perawat dalam pemberian terapi cairan intravena :
(1)
Identifikasi
larutan yang benar
Kategori
larutan elektrolit : isotonic, hipertonik, hipotonik.
(2)
Menyiapkan
peralatan yang dibutuhkan
Peralatan
standar terapi cairan intravena :
(a)
Larutan
intravena yang akan diberikan (cairan infus)
(b)
Selang
intravena (selang infus)
(c)
Jarum
infus (kateter intravena )
(d)
Cairan
antiseptic (alcohol dan betadine)
(e)
Tourniquet
(f)
Balutan
infus (kassa)
(g)
Handscoon
steril
(h)
Papan
penopang lengan, jika perlu
Prinsip
pungsi vena pada pemasangan infus, pertimbangan kondisi, peringatan, dan kontra
indikasi pungsi vena) :
(a)
Gunakan
ekstermitas yang tidak dominan
(b)
Pertama
harus cari vena distal, kemudian daerah proksimal
(c)
Pada
pasien lansia dan anak – anak :
·
hindari
pungsi vena pada daerah vena yang mudah bergeser dan rapuh, misalnya vena
daerah permukaan dorsal tangan.
·
Gunakan
kateter IV dan jarum IV dengan ukuran yang paling kecil (24 atau 26)
·
Gunakan
tourniquet dengan tekanan minimal
·
Cegah
terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan penggunaan plester.
(d)
Pungsi
vena di kontra indikasikan pada kondisi sebagai berikut :
·
Memiliki
tanda – tanda infeksi, berwarna merah, kenyal, bengkak, dan kemungkinan hangat
saat disentuh
·
infiltrasi,
sudah di pungsi berulang kali, atau
·
trombosis
(e)
Tempat
pungsi vena paling umum adalah tangan dan lengan. Penggunaan pungsi vena pada
kaki biasanya dilakukan pada pasien pediatric.
(3)
Memahami
prosedur yang benar
(4)
Mengatur
dan mempertahankan system pemberian terapi cairan intravena yang benar
Menghitung
jumlah tetesan infus :
(5)
Mengidentifikasi
dan mengoreksi masalah serta menghentikan terapi cairan intravena
Menghentikan
terapi intravena :
(a)
Jumlah
cairan yang diprogramkan telah terpenuhi
(b)
Terjadi
infiltrasi,
(c)
Terjadi
flebitis, atau
(d)
Terjadi
thrombus di ujung kateter IV
Komplikasi
terapi intravena :
(1)
Infiltrasi,
terjadi ketika cairan IV memasuki ruangan subkutan disekeliling tempat pungsi
vena. Tandanya tumor dan palor (penurunan sirkulasi) didaerah sekitar tempat
pungsi. Nyeri juga dapat timbul.
(2)
Flebitis,
adalah peradangan vena yang disebabkan oleh kateter IV atau iritasi zat adiktif
dan obat – obatan yang diberikan secara intravena. Tandanya nyeri, peningkaan
suhu kulit di atas vena, kemerahan daerah insersi.
(3)
Beban
cairan berlebih, dapat terjadi pada saat klien menerima pemberian larutan yang
terlalu cepat. Temuan yang diperoleh adalah berupa dyspnea, suara crackel di
paru – paru, dan takikardi.
(4)
Perdarahan,
terjadi pada pasien yang mendapat terapi tambahan Heoarin atau mengalami
gangguan pembekuan darah.
(5)
Infeksi
, disebabkan kontaminasi system IV, tempat pungsi, atau larutan itu sendiri.
c)
Penggantian
darah (transfuse)
Penggantian
darah atau transsfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen
darah seperti plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur IV.
Tujuan
transfuse darah :
(1)
Meningkatkan
volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan
(2)
Meningkatkan
jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien
yang menderita anemia berat
(3)
Memberikan
komponen seluler yang terpilih sebagai terapi penganti (misalnya factor –
factor pembekuan – plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien
penderita hemophilia)
Golongan
dan tipe darah :
Golongan darah adalah
ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak
adanya zat antigen warisan pada
permukaan membran sel darah merah.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada
permukaan membran sel darah merah tersebut.
Dua jenis penggolongan darah yang
paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh).
Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari
golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis
yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian
Sistem golongan darah ABO ini
ditemukan oleh Karl Landsteiner pada
tahun 1901, di mana dia menerima Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran
pada tahun 1930.
Golongan
darah ABO juga terdapat dalam beberapa hewan lainnya seperti hewan pengerat dan kera,
termasuk simpanse, bonobo,
dan gorila.
Pada sistem ABO, golongan darahnya
ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinogen adalah jenis
protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat pada eritrosit.
Aglutinin adalah jenis
serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada
plasma darah.
Baik Aglutinogen maupun aglutinin
terbagi menjadi 2 jenis.
Aglutinogen terbagi menjadi
aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi menjadi α danβ.
Aglutinin α menggumpalkan
aglutinogen A dan aglutinin β menggumpalkan B.
Ada beberapa catatan penting yang
harus diingat !!!!
Golongan darah O adalah donor
universal, sedangakan golongan darah AB adalah resipien universal.
Artinya adalah, Golongan darah O
(donor universal) dapat mendonorkan darahnya ke semua golongan darah dan hanya
bisa mendapat transfuse donor dari golongan darah O saja.
Sedangkan golongan darah AB
(resipien universal hanya dapat mendonorkan darahnya ke golongan darah AB saja,
namun dapat menerima transfuse donor dari golongan darah apa saja.
Ada sedikit informasi penting
terkait sistem golongan darah rhesus ini.
Apabila seorang perempuan dengan
rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, maka ketika perempuan
tersebut mengandung anak dengan rhesus positif untuk pertama kalinya maka tidak
akan terjadi apapun pada bayinya.
Akan tetapi, jika perempuan tersebut
mengandung bayi dengan rhesus positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi
Eritroblastosis fetalis pada bayinya karena antibodi ibu yang sudah terbentuk
akan menggumpalkan antigen yang ada darah bayi. Efeknya, antibodi ibu akan
memakan darah bayi dan bayi yang dilahirkan akan mengalami anemia akut.
Sistem
golongan darah ABO digunakan untuk menunjukkan
adanya salah satu, keduanya, atau tidak satu pun dari antigen A dan B dalam eritrosit.
Suatu
ketidakcocokan yang sangat jarang (dalam kedokteran modern) dalam hal ini, atau serotipe lainnya, dapat menyebabkan reaksi
yang serius, berpotensi fatal, dan reaksi berbahayasetelah transfusi, atau respons
imun kontraindikasi terhadap transplantasi organ.
Antibodi anti-A dan anti-B yang terkait
biasanya antibodi IgM,
yang dihasilkan pada tahun-tahun pertama kehidupan melalui sensitisasi terhadap
zat-zat yang berhubungan dengan lingkungan, seperti makanan, bakteri, dan
virus.
Proses
transfuse darah atau komponen darah merupakan prosedur keperawatan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama transfuse serta mengatur
transfuse yang dilakukan.
Apabila
klien terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat pungsi vena untuk
melihat adanya tanda infeksi atau infiltrasi.
Perawat
juga harus menentukan bahwa kateter IV yang digunakan berukuran 18 – 19 G.
selang kateter IV berukuran ini dapat meningkatkan aliran karena molekul darah
dan komponennya lebih besar dari molekul cairan IV.
Selang
kateter IV berukuran besar juga dapat mencegah hemolysis.
Perawat
harus memastikan bahwa selang IV untuk transfuse memiliki filter didalamnya dan
harus di bilas hanya dengan cairan Normal Salin 0,9 %.
Pemakaian
larutan IV lain akan menyebabkan hemolysis.
b.
Koreksi
ketidak seimbagngan asam – basa
Pemeriksaan
Analisa Gas Darah Arteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar