(BAGIAN - 2)
1.
Menyebutkan
factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Factor
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yaitu :
a.
Usia
Bayi
akan lebih beresiko kehilangan air daripada usia lainnya karena tiap kg berat
badannya akan kehilangan air lebih besar secara proporsional.
Anak
usia sekolah respon fisiologis demam sangat tinggi sehingga meningkatkan kehilangan air.
Usia
remaja memiliki tingkat BMR yang tinggi sehingga meningkatkan kehilangan air.
Lansia
memiliki resiko kehilangan air karena penurunan fungsi ginjal dan dampak dari
penyakit degenratif.
b.
Ukuran
tubuh
Orang
dengan obesitas memiliki proporsi air yang sedikit dibanding orang yang normal.
c.
Suhu
lingkungan
Suhu
meningkat akan meningkatkan diaphoresis.
d.
Gaya
hidup
1)
Diet
2)
Stress
3)
Olahraga
(aktifitas)
2.
Menyebutkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Macam –
macam gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh :
a.
Gangguan
keseimbangan cairan
1)
Isotonic
a)
Kurang
volume cairan tubuh
Terjadi
pada saat air dan elektrolit hilang berada dalam proporsi isotonic.
Kadar elektrolit
dalam serum tetap tidak berubah, kecuali jika terjadi ketidak seimbangan
lainnya.
Penyebab
:
(1)
Kehilangan
cairan dari system gastro – intestinal, misalnya diare, muntah, drainase dari
fistula atau selang.
(2)
Kehilangan
plasma atau darah utuh, misalnya yang terjadi pada luka bakar atau perdarahan
(3)
Diaphoresis
(4)
Demam
(5)
Intake
cairan oral kurang
(6)
Penggunaan
diuretic
Tanda dan gejala :
(1)
Pemeriksaan
fisik : takikardia namun lemah, hipotensi, takipneu, letargie, oliguria, kulit
dan membrane mukosa kering, turgor kulit menurun, penurunan BB yang cepat.
(2)
Hasil
lab : BJ urine meningkat, hematocrit menurun .> 50 %, BUN meningkat
> 25 mg / 100 ml.
b)
Kelebihan
volume cairan tubuh
Terjadi
pada saat air dan Natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic, sehingga
menyebabkan hypervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum.
Penyebab
atau Terjadi pada :
(1)
CHF
(2)
CRF
(3)
Cirosis
Hepatis
(4)
Hiperaldosteronemia
dan steroid dalam serum
(5)
Asupan
antrium berlebih.
Tanda dan gejala :
(1)
Pemeriksaan
fisik : peningkatan tekanan vena, denyut nadi kuat, takipneu, hipertensi,
distensi vena jugularis, terdengar Krekels di paru-paru saat auskultasi,
peningkatan BB dengan cepat.
(2)
Hasil
lab : penurunan BUN serum < 10 mg / 100 ml.
2)
Osmolar
a)
Hyperosmolar
(dehidrasi)
Terjadi
jika ada kehilangan air tanpa disertai
kehilangan elektrolit yang proporsional.
Penyebab
Factor resiko atau terjadi pada :
(1)
Diabetes
insipidus
(2)
Interupsi
pusat rasahaus karena control neurologis
(3)
Ketoasidosis
diabetikum (DCA)
(4)
Pemberian
cairan hipertonik
(5)
Diuresis
osmotic
Tanda dan gejala :
(1)
Pemeriksaan
fisik : penurunan BB, membrane mukosa menjadi kering dan lengket, rasa haus,
demam, iritabilitas, konvulsi, koma.
(2)
Hasil
lab : Natrium serum meningkat > 145 mEq / l dan osmolalitas serum meningkat
> 295 mOsm / kg .
b)
Hipo-osmolar
(Oedema)
Terjadi
ketika asupan cairan berlebih (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH
berlebihan.
Efeknya
adalah terjadi dilusi (pengenceran) volume cairan ekstrasel disertai osmosis
air ke dalam sel sehingga menyebabkan oedema.
Penyebab
:
(1)
Hipersekresi
ADH
(2)
Asupan
air berlebih
Tanda dan gejala :
(1)
Pemeriksaan
fisik : penurunan kesadaran, konvulsi, koma
(2)
Hasil
lab : kadar Natrium serum menurun < 136 mEq / l dan osmolalitas serum
menurun < 280 mOsm / kg.
b.
Gangguan
keseimbangan elektrolit
1)
Gangguan
Narium
a)
Hyponatremia
(1)
Penyebab
(a)
Penyakit
ginjal
(b)
Insufisensi
adrenal
(c)
Kehilangan
melalui system gastro intestinal
(d)
Diaphoresis
berlebih
(e)
Konsumsi
diuretic dengan penambahan diit rendah natrium
(f)
Gangguan
pompa natrium – kalium disertai penurunan kalium sel dan antrium serum
(g)
Asidosis
metabolik
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : denyut nadi cepat namun lemah, hipotensi, pisung, ketakutan dan
kecemasan, kram abdomen, mual dan muntah, diare, konvulsi, koma, kulit lembab
dan akral dingin, perubahan kepribadian
(b)
Hasil
lab : Natrium serum menurun, osmolalitas serum menurun, BJ urine menurun.
b)
Hypernatremia
(1)
Penyebab
(a)
Konsumsi
sejumlah besar larutan garam pekat
(b)
Pemberian
larutan Saline hipertonik melalui IV secara iatrogenic
(c)
Hipersekresi
Aldosteron
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : demamm ringan, hipotensi postural, lidah dan membrane mukosa kering,
agitasi, konvulsi, gelisah, eksitabilitas, oliguria atau anuria, rasa haus,
kulit kering dan kemerahan
(b)
Hasil
lab : Natrium serum meningkat, osmolalitas serum meningkat, BJ urine meningkat.
2)
Gangguan
Kalium
a)
Hypokalemia
(1)
Penyebab
(a)
Penggunaan
diuretic yang dapat membuang kalium
(b)
Diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran gastro intestinal
(c)
Alkalosis
(d)
Sindrom
Chusing atau tumor yang dapat memproduksi hormone Adrenal
(e)
Polyuria
(f)
Diaphoresis
berlebih
(g)
Penggunaan
cairan terapi IV yang bebas Kalium secara berlebihan
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Hasil
pemeriksaan fisik : denyut nadi lemah dan tidak teratur, nafas dangkal,
hipotansi, kelemahan, bisiimg usus menurun, blok jantung (pada hypokalemia
berat), paresthesia, keletihan, tonus otot menurun, distensi usus.
(b)
Hasil
lab : Kalium serum < 3 mEq /l menyebabkan depresi gelombang ST, gelombang T
datar, dan gelombang U lebih tinggi pada pemeriksaan EKG, kadar Kalium serum
< 2 mEq/l menyebabkan kompleks QRS melebar, depresi ST, inversi gelombang T.
b)
Hyperkalemia
(1)
Penyebab
(a)
Gagal
ginjal
(b)
Dehidrasi
hipertonik
(c)
Kerusakan
seluler yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma
(d)
Pemberian
Kalium melalui terapi IV dalam jmlah besar secara iatrogenic
(e)
Insufisiensi
Adrenal
(f)
Asidosis
(g)
Aliran
tranfusi darah yang terlalu cepat
(h)
Pemberian
diuretic yang mempertahankan Kalium
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : denyut nadi tidak teratur dan lambat, hipotensi, kecemasan / ansietas,
iritabilitas, paresthesia, kelemahan
(b)
Hasil
lab : Kalium serum > 5,3 mEq / l menyebabkan repolairsasi lebih cepat
(gelombang T mencapai puncaknya, frekuensi denyut jantung mencapai 60 – 110 ),
kadar Kalium serum > 7 mEq / l menyebabkn konduksi intra – atrial rusak
(gelombang P lebar dan rendah), sedangkan kadar Kalium serum > 8 mEq / l menyebabkan tidak adanya
aktifitas atrial (tidak ada gelombang P) pada hasil pemeriksaan EKG.
3)
Gangguan
Kalsium
a)
Hipokalsemia
(1)
Penyebab
(a)
Pemberian
darah yang mengandung sitrat dengan cepat
(b)
Hypoalbuminemia
(c)
Hipoparatiroidisme
(d)
Defisiensi
vitamin D
(e)
Penyakit
– penyakit Neoplastik
(f)
Pankreatitis
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : terasa baal dan kesemutan pada daerah jari – jari dan sirkum – oral
(sekitar mulut), reflex hiperaktif, tanda Trousseau positif (spasme karpo –
pedal disertai hipoksisa), tanda Chvostek positif (kontraksi otot – otot wajah
pada saat saraf wajah tersebut diketuk), tetani, kram otot, fraktur patologis,
disertai hipokalsemia kronik
(b)
Hasil
lab : Kalsium serum < 4,3 mEq / l dan perubahan EKG
b)
Hiperkalsemia
(1)
Penyebab
(a)
Hiperparatiroidisme
(b)
Metastase
tumor tulang
(c)
Penyakit
Paget
(d)
Osteoporosis
(e)
Immobilisasi
yang lama
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan fisik : penurunan tonus otot, anoreksia,
mual, muntah, kelemahan, letargie, nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu
ginjal, penurunan level kesadaran, henti jantung.
(b)
Hasil
lab : Kalsium serum > 5 mEq / l, sinar X menunjukkan adanya osteoporosis
yang menyeluruh, kaviitasi tulang yang menyebar, dan batu saluran kemih radio –
opaq (terlihat berwarna putih pada foto rontgen), peningkatan BUN > 25 mg /
100 ml, peningkatan kreatinin > 1,5 mg / 100 ml karena kekurangan cairan
atau kerusakan renal akibat urolithiasis.
4)
Gangguan
Magnesium
a)
Hypomagnesemia
(1)
Penyebab
(a)
Asupan
yang tidak adekuat : maalnurisi dan alkoholisme
(b)
Absorbs
yang tidak adekuat : diare, muntah, drainase NGT, fistula, diit kalisum yang
berlebihan (bersaing dengan magnesium untuk mencari tempat transport), penyakit
intestinal minor.
(c)
Hipoparatiroidisme
(d)
Kehilangan
magnesium yang berlebihan akibat penggunaan diuretic Thiaazid
(e)
Hiper
– aldosterone
(f)
Polyuria
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : termor otot, reflex tendon dalam yang hiperaktif, kebingungan, disorientasi,
takikardia, tanda Chvostek dan Trousseau positif
(b)
Hasil
lab : magnesium serum < 1,5 mEq / l (juga berhubungan dengan hipokalsemi dan
hipokalemi)
b)
Hipermagnesemia
(1)
Penyebab
(a)
Gagal
ginjal
(b)
Pemberian
magnesium parenteral yang berlebihan
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : reflex tendon dalam hipoaktif, pernafasan dan frekuensi denyut jantung
dangkal dan lambat, hipotensi, kemerahan
(b)
Hasil
lab : magnesium serum > 2 mEq / l.
5)
Gangguan
Klorida
a)
Hipoklorimia
(1)
Penyebab
(a)
Muntah
dan drainse fistula yang berlebihan dan
lama
(b)
Penggunaan
diuretik
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Kadar
klorida serum < 100 mEq / l
b)
Hiperkloremia
(1)
Penyebab
(a)
Berhubungan
dengan ketidak seimbangan asam - basa
(2)
Tanda
dan gejala
(a)
Hasil
lab > 106 mEq / l
c.
Ganguan
keseimbangan asam –basa
1)
Asidosis
respiratorik
a)
Penyebab
(1)
Pneumonia
(2)
Gagal
nafas
(3)
Atelectasis
(4)
Overdosis
obat
(5)
Paralisis
otot – otot pernafasan
(6)
Cedera
traumatic
(7)
Obesitas
(8)
Obstruksi
jalan nafas
(9)
Cedera
kepala
(10)
Stroke
(11)
Tenggelam
(12)
Fibrosis
kistik
b)
Tanda
dan gejala
(1)
Pemeriksaan
fisik : denyut nadi yang kuat (bounding pulse) dan cepat, pernafasan yang
dangkal dan cepat, hipertensi, kulit kemerahan dan hangat, kram abdomen,
letargie, konvulsi, konfusi, pusing, sakit kepala
(2)
Hasil
lab : perubahan AGD pH < 7,3, PCO2 > 45 mmhg, PO2, < 80 mmhg, SO2
normal atau 95 %, kadar bikarbonat normal (jika tidak terkompensasi) atau >
26 mEq / l (jika dikompensasi melalui ginjal), dan kadar kalium > 5,3 mEq /
l.
2)
Alkalosis
respiratorik
a)
Penyebab
(1)
Ansietas
(2)
Ketakutan
(3)
Anemia
(4)
Status
hipermetabolik
(5)
Cedera
system saraf pusat, infeksi
(6)
Asma
(7)
Penempatan
alat ventilator yang tidak tepat
b)
Tanda
dan gejala
(1)
Pemeriksaan
fisik : sakit kepala, niritabilitas, pusing, takikardia, takipneu, dan
kesemutan pada ekstermitas
(2)
Hasil
lab : parubahan AGD pH > 7,45, PCO2 < 35 mmhg, PO2 dan SO2 normal, kadar
bikarbonat normal (jika akut atau pneumonia tidak dikompensasi) atau < 22
mEq / l (jika dikompensasi), kadar Kalium < 3,5 mEq / l
3)
Asidosis
metabolic
a)
Penyebab
(1)
Kelaparan
(2)
KAD
(3)
Gagal
ginjal
(4)
Syok
(5)
Diare
(6)
Penggunaan
obat (methanol, ethanol, asam formic, paraldehyde, aspirin)
(7)
Asidosis
tubular renal
b)
Tanda
dan gejala
(1)
Pemeriksaan
fisik : sakit kepala, letargie, kebingungan, kemerahan pada kulit, takikardi,
takipneu disertai kedalaman pernafasan dank ram abdomen
(2)
Hasil
lab : perubahan AGD pH < 7,35, PCO2 normal (jika tidak dikompensasi) atau
< 35 mmhg (jika dikompensasi), PPO2 normal atau meningkat (dengan pernafasan
yang dalam dan cepat), SO2 normal, bikarbonat < 22 mEq / l, Kalilum serum
> 5,3 mEq / l
4)
Alkalosis
metabolic
a)
Penyebab
(1)
Muntah
berlebihan
(2)
Penghisapan
lambung yang lama,
(3)
Hypokalemia
(4)
Hiperkalsemia
(5)
Sindrom
Cushing
(6)
Penggunaan
obat (steroid, diuretic, natrium bikarbonat)
b)
Tanda
dan gejala
(a)
Pemeriksaan
fisik : sakit kepala, letargi, iritabilitas, takikardi, pernafasan lambat,
baal, kesemutan, tetani, kram abdomen, dank ram otot.
(b)
Hasil
lab : perubahan AGD pH > 7,45, PCO2 normal (jika dikompensasi) atau > 45
mmhg (jika tidak dikompensasi, PO2 dan SO2 normal, bikarbonat > 26 mEq / l,
Kalium < 3,5 mEq / l
Tidak ada komentar:
Posting Komentar