Jumat, 08 Mei 2020

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT (BAGIAN - 4)

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT

(BAGIAN - 4)




1.      Implementasi gangguan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tubuh
a.       Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1)      Penggantian cairan secara enteral
a)      Asupan cairan oral

Dilakukan pada pasien yang mengalami :
(1)   muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi  mekanis dalam saluran gastro intestinal, kecuali jika dikontra indikasikan.
(2)   Klien yang tidak mampu mentoleransi makanan padat, tetapi masih dapat mentoleransi menelan cairan.
(3)   Penyakit – penyakit ringan, seperti diare, infeksi saluran nafas, dan juga demam
(4)   Klien yang baru pulih dari anestesi atau bedah saluran gastro intestinal

b)      Asupan cairan Naso Gastrik Tube

Sangat tepat diberikan pada pasien :
(1)   Tidak mampu menelan
(2)   Setelah bedah oral
(3)   Reflex menelan mengalami kerusakan

2)      Penggantian cairan secara parenteral
a)      Nutrisi parenteral total (NPT)

Merupakan nutrisi dalam bentuk larutan hipertonik yang adekuat, terdiri dari glukosa dan nutrient lain serta elektrolit yang diberikan melaluui kateter intravena sentral atau kateter intravena menetap

b)      Terapi cairan dan elektrolit intravena (terapi intravena atau infus)

Bertujuan untuk mengkoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
Peran perawat dalam pemberian terapi cairan intravena :
(1)   Identifikasi larutan yang benar

Kategori larutan elektrolit : isotonic, hipertonik, hipotonik.

(2)   Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

Peralatan standar terapi cairan intravena :
(a)          Larutan intravena yang akan diberikan (cairan infus)
(b)         Selang intravena (selang infus)
(c)          Jarum infus (kateter intravena )
(d)         Cairan antiseptic (alcohol dan betadine)
(e)          Tourniquet
(f)          Balutan infus (kassa)
(g)          Handscoon steril
(h)         Papan penopang lengan, jika perlu

Prinsip pungsi vena pada pemasangan infus, pertimbangan kondisi, peringatan, dan kontra indikasi pungsi vena)  :
(a)    Gunakan ekstermitas yang tidak dominan
(b)   Pertama harus cari vena distal, kemudian daerah proksimal
(c)    Pada pasien lansia dan anak – anak :
·         hindari pungsi vena pada daerah vena yang mudah bergeser dan rapuh, misalnya vena daerah permukaan dorsal tangan.
·         Gunakan kateter IV dan jarum IV dengan ukuran yang paling kecil (24 atau 26)
·         Gunakan tourniquet dengan tekanan minimal
·         Cegah terjadinya perobekan kulit dengan meminimalkan penggunaan plester.
(d)   Pungsi vena di kontra indikasikan pada kondisi sebagai berikut :
·         Memiliki tanda – tanda infeksi, berwarna merah, kenyal, bengkak, dan kemungkinan hangat saat disentuh
·         infiltrasi, sudah di pungsi berulang kali, atau
·         trombosis
(e)    Tempat pungsi vena paling umum adalah tangan dan lengan. Penggunaan pungsi vena pada kaki biasanya dilakukan pada pasien pediatric.

(3)   Memahami prosedur yang benar
(4)   Mengatur dan mempertahankan system pemberian terapi cairan intravena yang benar

Menghitung jumlah tetesan infus :




(5)   Mengidentifikasi dan mengoreksi masalah serta menghentikan terapi cairan intravena

Menghentikan terapi intravena :
(a)    Jumlah cairan yang diprogramkan telah terpenuhi
(b)   Terjadi infiltrasi,
(c)    Terjadi flebitis, atau
(d)   Terjadi thrombus di ujung kateter IV

Komplikasi terapi intravena :
(1)   Infiltrasi, terjadi ketika cairan IV memasuki ruangan subkutan disekeliling tempat pungsi vena. Tandanya tumor dan palor (penurunan sirkulasi) didaerah sekitar tempat pungsi. Nyeri juga dapat timbul.
(2)   Flebitis, adalah peradangan vena yang disebabkan oleh kateter IV atau iritasi zat adiktif dan obat – obatan yang diberikan secara intravena. Tandanya nyeri, peningkaan suhu kulit di atas vena, kemerahan daerah insersi.
(3)   Beban cairan berlebih, dapat terjadi pada saat klien menerima pemberian larutan yang terlalu cepat. Temuan yang diperoleh adalah berupa dyspnea, suara crackel di paru – paru, dan takikardi.
(4)   Perdarahan, terjadi pada pasien yang mendapat terapi tambahan Heoarin atau mengalami gangguan pembekuan darah.
(5)   Infeksi , disebabkan kontaminasi system IV, tempat pungsi, atau larutan itu sendiri.

c)      Penggantian darah (transfuse)

Penggantian darah atau transsfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur IV.
Tujuan transfuse darah :
(1)          Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan
(2)          Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien yang menderita anemia berat
(3)          Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi penganti (misalnya factor – factor pembekuan – plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien penderita hemophilia)

Golongan dan tipe darah :

Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian

Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901, di mana dia menerima Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1930.
Golongan darah ABO juga terdapat dalam beberapa hewan lainnya seperti hewan pengerat dan kera, termasuk simpanse, bonobo, dan gorila.
Pada sistem ABO, golongan darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin.
Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal (aglutinasi) dan terdapat pada eritrosit.
Aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah.

Baik Aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi 2 jenis.
Aglutinogen terbagi menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi menjadi Î± danβ. 
Aglutinin Î± menggumpalkan aglutinogen A dan aglutinin Î² menggumpalkan B.

Ada beberapa catatan penting yang harus diingat !!!!
Golongan darah O adalah donor universal, sedangakan golongan darah AB adalah resipien universal.
Artinya adalah, Golongan darah O (donor universal) dapat mendonorkan darahnya ke semua golongan darah dan hanya bisa mendapat transfuse donor dari golongan darah O saja.
Sedangkan golongan darah AB (resipien universal hanya dapat mendonorkan darahnya ke golongan darah AB saja, namun dapat menerima transfuse donor dari golongan darah apa saja.

Ada sedikit informasi penting terkait sistem golongan darah rhesus ini.
Apabila seorang perempuan dengan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, maka ketika perempuan tersebut mengandung anak dengan rhesus positif untuk pertama kalinya maka tidak akan terjadi apapun pada bayinya.
Akan tetapi, jika perempuan tersebut mengandung bayi dengan rhesus positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi Eritroblastosis fetalis pada bayinya karena antibodi ibu yang sudah terbentuk akan menggumpalkan antigen yang ada darah bayi. Efeknya, antibodi ibu akan memakan darah bayi dan bayi yang dilahirkan akan mengalami anemia akut.









Sistem golongan darah ABO digunakan untuk menunjukkan adanya salah satu, keduanya, atau tidak satu pun dari antigen A dan B dalam eritrosit.
Suatu ketidakcocokan yang sangat jarang (dalam kedokteran modern) dalam hal ini, atau serotipe lainnya, dapat menyebabkan reaksi yang serius, berpotensi fatal, dan reaksi berbahayasetelah transfusi, atau respons imun kontraindikasi terhadap transplantasi organ.  
Antibodi anti-A dan anti-B yang terkait biasanya antibodi IgM, yang dihasilkan pada tahun-tahun pertama kehidupan melalui sensitisasi terhadap zat-zat yang berhubungan dengan lingkungan, seperti makanan, bakteri, dan virus.

Proses transfuse darah atau komponen darah merupakan prosedur keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan selama transfuse serta mengatur transfuse yang dilakukan.

Apabila klien terpasang selang IV, perawat harus mengkaji tempat pungsi vena untuk melihat adanya tanda infeksi atau infiltrasi.
Perawat juga harus menentukan bahwa kateter IV yang digunakan berukuran 18 – 19 G. selang kateter IV berukuran ini dapat meningkatkan aliran karena molekul darah dan komponennya lebih besar dari molekul cairan IV.
Selang kateter IV berukuran besar juga dapat mencegah hemolysis.
Perawat harus memastikan bahwa selang IV untuk transfuse memiliki filter didalamnya dan harus di bilas hanya dengan cairan Normal Salin 0,9 %.
Pemakaian larutan IV lain akan menyebabkan hemolysis.

b.      Koreksi ketidak seimbagngan asam – basa
Pemeriksaan Analisa Gas Darah Arteri.

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT (BAGIAN - 3)

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : CAIRAN DAN ELEKTROLIT

(BAGIAN - 3)



1.      Teknik pengkajian ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tubuh








No.
Indikator Pengkajian
Teknik Pengkajian
Hasil Temuan
Masalah Ketidak seimbangan
1
perubahan berat badan
observasi
turun 2 ^% - 5 %
kekurangan volume cairan ringan
2
turun 5 % - 10 %
kekurangan volume cairan sedang
3
turun 10 % - 15 %
kekurangan volume cairan berat
4
turun 15 % - 20 %
kematian
5
naik 2 %
kelebihan volume cairan ringan
6
naik 5 %
kelebihan volume cairan sedang
7
naik 8 %
kelebihan volume cairan berat
8
Kepala
anamnesa
sakit kepala
kekurangan volume cairan
9
asidosis metabolik
10
asidosis respiratorik
11
alkalosis metabolik
12
pusing
kekrungan volume cairan
13
asidosis respiratorik
14
alkalosis respiratorik
15
hiponatremia
16
observasi
iritabilitas
alkalosis respiratorik
17
alkalosis metabolik
18
ketidak seimbangan hiperosmolar
19
hipernatrremia
20
hipokalemia
21
letargi
kekurangan volume cairan
22
asidosis metabolik
23
alkalosis metabolik
24
asidosis respiratorik
25
hiperkalsemia
26
konfusi, disorientasi
kekurangan volume cairan
27
hipomagnesemia
28
asidosis metabolik
29
hipokalemia
30
fontanel (bayi)
inspeksi
cekung
kekurangan volume cairan
31
menonjol
kelebihan volume cairan











No.
Indikator Pengkajian
Teknik Pengkajian
Hasil Temuan
Masalah Ketidak seimbangan
32
Mata
inspeksi
cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang, atau tidak ada
kekurangan volume cairan
33


oedem peri - orbital, papiledema
kelebihan volume cairan
34

anamnesa
penglihatan kabur
kelebihan volume cairan
35
mulut dan tengggorokan
inspeksi
membran mukosa kering, lengket, bibir pecah - pecah dan kering, salivasi menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
kekurangan volume cairan
36
hipernatrremia
37
sistem kardiovaskuler
inspeksi
vena leher datar
kekurangan volume cairan
38
vena leher distensi
kelebihan volume cairan
39
deppendent body parts (bagian - bagian tubuh yang tertekan pada saa berbaring) : ekstermitas, sakrum, punggung
40
lambatnya pengisian vena
41
palpasi
oedem dependent body parts
kelebihan volume cairan
42
asidosis metabolik
43
alkalosis respiratorik
44
ketidak seimbangan kalium
45
hipomagnesemia
46
peningkatan frekuensi denyut nadi
alkalosis metabolik
47
asidosis respiratorik
48
hiponatremia
49
kekurangan volume cairan
50
kelebihan volume cairan
51
hipomagnesemia
52
pengurangan frekuensi denyut nadi
alkalosis metabolik
53
hipokalemia
54
kekurangan volume cairan
55
denyut nadi lemah
kekurangan volume cairan
56
CRT menurun
kelebihan volume cairan




No.
Indikator Pengkajian
Teknik Pengkajian
Hasil Temuan
Masalah Ketidak seimbangan
57
sistem kardiovaskuler
auskultasi
hipotensi atau tanpa perubahan tekanan darah pada posisi ortostatisk
kekurangan volume cairan
58
hiponatremia
59
hiperkalemia
60
hipermagnesemia
61
kelebihan volume cairan
62
terdengar BJ 3
kelebihan volume cairan
63
hipertensi
kelebihan volume cairan
64
sistem pernafasan
inspeksi
peningkatan frekuensi nafas
kelebihan volume cairan
65
alkalosis respiratorik
66
asidosis metabolik
67
dyspneu
kelebihan volume cairan
68
auskultasi
terdengar suara Krekels
kelebihan volume cairan
69
sistem gastro intestinal
anamnesa
anoreksia
asidosis metabolik
70
kram abdomen
asidosis metabolik
71
inspeksi
abdomen cekung
kekurangan volume cairan
72
distensi abdomen
sisdrom ruang - ketiga
73
muntah
kekurangan volume cairan
73
hiperkalsemia
75
hiponatremia
76
diare
hiponatremia
77
auskultasi
hiperperistaltik disertai diare atai hipoperistaltik
kekurangan volume cairan
78
hipokalemia
79
sistem ginjal
inspeksi
oliguria atau anuria
kekurangan volume cairan
80
kelebihan volume cairan
81
diuresis (jika ginjal normal)
kelebihan volume cairan
82
BJ urine meningkat
kekurangan volume cairan
83
sistem neuro muscular
inspeksi
baal, kesemutan
alkalosis metabolik
84
hipokalsemia
85
ketidak seimbangan kalium
86
kram otot, tetani
hipokalsemia
87
alkalosis respiratorik
88
alkalosis metabolik
89
koma
ketidak seimbangan hipo osmolar
90
ketidak seimbangan hiperosmolar
91
hiponatremia




No.
Indikator Pengkajian
Teknik Pengkajian
Hasil Temuan
Masalah Ketidak seimbangan
92
sistem neuro muscular
inspeksi
termor
asidosis respiratorik
93
hipomagnesemia
94
tanda Chvostek positif
hipokalsemia
95
hipomagnesemia
96
sistem neuro muscular
palpasi
hipotonisitas
hipokalemia
97
hiperkalsemia
98
hipertonisitas
hipokalsemia
99
hipomagnesemia
100
alkalosis metabolik
101
perkusi
refleks tendon dalam menurun atau tidak ada
hiperkalsemia
102
hipermagnesemia
103
refleks tendon dalam hiperaktif atau meningkat
hipokalsemia
104
hipomagnesemia
105
Kulit
suhu tubuh
meningkat
hipernatrremia
106
ketidak seimbangan hiperosmolar
107
asidosis metabolik
108
menurun
kekurangan volume cairan
109
inspeksi
kering, kemerahan
kekurangan volume cairan
110
hipernatrremia
112
asidosis metabolik
113
palpasi
penurunan turgor kulit
kekurangan volume cairan
114
akral dingin dan lembab



2.      Rumusan diagnose keperawatan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit tubuh

a.       Kekurangan Volume Cairan (1978, 1996)
1)      Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial,, atau intrasel.
Diagnosis ini merujuk pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
2)      Batasan karakteristik :
a)      Subyektif
Haus
b)      Obyektif
Perubahan status mental.
Penurunan turgor kulit dan lidah.
Penurunan haluaran urine.
Penurunan pengisian vena.
Kulit dan membrane mukosa kering.
Hematocrit meningkat.
Suhu tubuh meningkat.
Peningkatan frekuensi nadi. Penurunan tekanan darah, penurunan volume dan tekanan nadi.
Konsentrasi urine meningkat.
Penurunan berat badan yang tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga)
Kelemahan.

3)      Factor yang berhubungan :
Kehilangan volume cairan aktif.
(konsumsi alcohol yang berlebihan secara terus menerus)
Kegagalan mekanisme pengaturan (seperti dalam Diabetes Insipidus, hiperaldosteronisme).
(asupan cairan yang tidak adekuat sekunder akibat ……………………………………..)

4)      Hasil NOC :
Keseimbangan elektrolit dan asam basa = keseimbangan elektrolit dan non-elektrolit dalamkompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh.
Keseimbangan cairan = keseimbangan air dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh.
Hidrasi = jumlah air dalam komparetemen intrasel dan ekstrasel tubuh yang adekuat.
Status nutrisi : asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan cairan yang masuk kedalam tubuh selama periode 24 jam.

5)      Tujuan dan kriteria evaluasi :
CATATAN :
Meskipun beberapa hasil NOC berhubungan dengan keseimbangan elektrolit dan asam basa, focus diagnosis keperawatan ini adalah pada pengembalian volume cairan.

Contoh menggunakan Bahasa NOC :
a)      Keklurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi : asupan makanan dan cairan yang adekuat.
b)      Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, dibuktikan oleh indicator gangguan berikut (sebutkan 1 – 5 gangguan eksterm, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
è Frekuensi nadi dan irama jantung apical
è Frekuensi dan irama nafas.
è Kewaspadaan mental dan orientasi kognitif.
è Elektrolit serum (misalnya Natrium, Kalium, Kalsium, dan Magnesium)
è BUN

Contoh lain :
Pasien akan :
a)      Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis urine.
b)      Memiliki hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal untuk pasien.
c)      Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan.
d)      Tidak mengalami haus yang tidak normal.
e)      Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam.
f)       Menampilklan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembab, mampu berkeringat)
g)      Memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat.

6)      Intervensi NIC :
a)      Manajemen asam-basa = meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam – basa.
b)      Manajemen elektrolit = meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak normal atau yang tidak diharapkan.
c)      Pemantauan elektrolit = mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit.
d)      Manajemen cairan = meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau yang tidak diharapkan.
e)      Pemantauan cairan = mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan.
f)       Manajemen cairan/elektrolit = mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit.
g)      Manajemen hypovolemia = mengembangkan volume cairan intravaskuler pada pasien yang mengalami penurunan volume cairan.
h)      Terapi intravena = memberikan dan memantau cairan dan obat intravena.
i)        Manajemen nutrisi = mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan meminimalkan malnutrisi.
j)        Manajemen syok, voluime = meningkatkan ke-adekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan volume intravaskuler yang berat.

7)      Aktifitas keperawatan
CATATAN :
·         Beberapa aktifitas ini spesifik untuk pasien yang mengalami perdarahan.
·         Meskipun beberapa interevensi NIC berhubungan dengan keseimbangan elektrolit dan asam – basa, focus intervensi diagnosis keperawatan ini adalah volume cairan.

a)      Pengkajian :
(1)        Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan.
(2)        Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya diare, drainase luka, penghisapan ansogastrik, diaphoresis dan drainase ileostomy).
(3)        Pantau perdarahan (misalnya periksa semuma secret dari adanya darah nyata atau darah samar), jika perlu.
(4)        Identifikasi factor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-obatan, demam, stress, dan program pengobatan).
(5)        Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya kadar hematocrit, BUN, albumin, protein total, osmolalitas serum, dan berat jenis urine)
(6)        Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural.
(7)        Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
(8)        Cek arahan lanjut klien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada pasien sakit terminal tepat dilakukan.
(9)        Manajemen cairan (NIC) ;
è Pantau status hidrasi (misalnya kelembaban membrane mukosa, ke-adekuatan nadi, dan tekanandarah ortostatik)
è Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya.
è Pertahankan ke-akuratan catatan asupan dan haluaran.

 
b)      Penyuluhan untuk pasien / keluarga :
Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.


8)      Aktifitas lain :
a)      Lakukan hygiene oral secara sering.
b)      Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 ja, hitung asupan yang di inginkan sepanjang shift siang, sore, dan malam.
c)      Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum pembedahan.
d)      Ubah posisi pasien trendlenberg atau tinggikan tungkai pasien b ila hipotensi, kecuali di kontra indikasikan.
e)      Manajemen cairan (NIC) :
è Tingkatkan asupan oral (misalnya sediakan sedotan, beri cairan diantara waktu makan, ganti air es secara rutin, buat es mambo dari jus kesukaan anak, cetak agar-agar dalam bentuk yang lucu, gunakan cangkir obat kecil), jika perlu.
è Pasang kateter urine, bila perlu.
è Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

9)      Aktifitas kolaborasi :
a)      Laporkan dan catat haluaran kurang dari ………………………. Ml.
b)      Laporkan dan catat haluaran lebih dari ………………….......... ml.
c)      Laporkan abnormalitas elektrolit.
d)      Manajemen cairan (NIC) :
è Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, jika perlu.
è Berikan ketentuan penggantian nasogastric berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan.
è Berikan terapi intravena sesuai program.

b.      Kelebihan Volume Cairan (1982, 1996)

1)      Definisi :

Peningkatan retensi cairan isotonik

2)      Batasan karakteristik :
a)      Subyektif
Ansietas
Dyspnea atau nafas pendek
gelisah

b)      Obyektif
Suara nafas tidak normal (rales atau crackles)
Perubahan elektrolit
Oedema anasarca
Ansietas
Azotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernafasan
Penurunan haemoglobin dan haematokrit
Oedema
Peningkatan tekanan vena sentral
Asupan melebihi haluaran
Distensi vena jugularis
Oliguria
Ortopneu
Efusi pleura
Reflex hepatojugularis positif
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Kongesti paru
Gelisah
Terdengar BJ 3
Perubahan BJ urine
Kenaikan berat badan dalam periode singkat

3)      Factor yang berhubungan :

Gangguan mekanisme pengaturan
Asupan cairan yang berlebihan
Asupan Natrium yang berlebihan
[peningkatan asupan cairan sekunder akibat hiperglikemia, pengobatan, dorongan kompulsif untuk minum air, dan aktifitas lainnya]
[ketidak cukupan protein sekunder akibat penuruunan asupan atau peningkatan kehilangan]
Disfungsi renal, gagal jantung, retensi Natrium, immobilitas, dan aktifitas lainnya]

4)      Hasil NOC :

Keseimbangan elektrolit dan asam – basa  :  keseimbangan elektrolit dan nnon elektrolit dalam kompartemen intra sel serta ekstra sel tubuh.
Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam komponen intrasel dan ekstra sel tubuh.
Keparahan overload cairan : tingkat keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen intra sel dan ekstra sel tubuh
Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui pembentukan urine

5)      Tujuan dan kriteria evaluasi :

Contoh menggunakan Bahasa NOC :

a)      Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseiimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam – basa, dan indicator fungsi ginjal yang adekuat
b)      Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
BJ urine dalam batas normal
Suara nafas tambahan
Asites, distensi vena jugularis, dan oedema perifer

Contoh lain :
Pasien akan :
a)      Menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet
b)      Menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang diprogramkan
c)      Mempertahankan tanda – tanda vital dalam batas normal untuk pasien
d)      Tidak mengalami nafas pendek
e)      Haematokrit dalam batas normal

6)      Intervensi NIC :

a)      Pemantauan elektrolit = mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseiimbangan elektrolit
b)      Manajemen cairan = meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau diluar harapan
c)      Pemantauan cairan = mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
d)      Manajemen cairan / elektrolit = mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dana tau elektrolit
e)      Manajemen hypervolemia = menurunkan volume cairan intra sel atau ekstra sel dan mencegah komplikasi pada pasien yang mengalami kelebihan volume cairan
f)       Manajemen eliminasi urine = mempertahankan pola eliminasi urine yang optimal

7)      Aktifitas keperawatan .

a)      Pengkajian :

(1)          Tentukan lokasi dan derajat oedema perifer, sacral, dan periorbital pada skala 1 – 4
(2)          Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang di indikasikan dengan peningkatan tanda gawat nafas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara nafas tidak normal
(3)          Kaji ekstermitas atau bagian tubuh yang oedema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit
(4)          Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, diuretic, dan litium) pada oedem
(5)          Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstermitas
(6)          Manajemen cairan (NIC) :
(a)           Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
(b)          Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
(c)           Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya, peningkatan BJ urine, peningkatan BUN, penurunan haematokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas urin)
(d)          Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan (misalnya, crackles, peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler paru, oedema, distensi vena leher, dan asites), sesuai krperluan

b)      Penyuluhan untuk pasien / keluarga :
(1)          Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi oedema, pembatasan diet, dan penggunaan, dosis, dan efek samping obat yang diprogramkan
(2)          Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan kebutuuhan

8)      Aktifitas lain :

a)      Ubah posisi setiap ………………
b)      Tinggikan ekstermitas untuk meningkaatkan aliran balik vena
c)      Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
d)      Manajemen cairan (NIC) : distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu

9)      Aktifitas kolaborasi :

a)      Lakukan dialysis, jika di indikasikan
b)      Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stocking anti – emboli atau balitan Ace
c)      Konsultasikan dengan ahli gizi untuk meberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan Natrium
d)      Manajemen cairan (NIC) :
(1)          Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk
(2)          Berikan diuretic, jika perlu


c.       Gangguan pertukaran gas (1980, 1996, 1998)

1)      Definisi :

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida di membrane kapiler – alveolar..

2)      Batasan karakteristik :

a)      Subyektif

Dyspnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
 Gangguan penglihatan

b)      Obyektif

Gas darah arteri yang  tdak normal
pH arteri yang tidak normal
ketidak normalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan
warna kulit tidak normal (misalnya pucat edan kehitaman)
konfusi
sianosis (hanya pada neonates)
karbon dioksida menurun
diaphoresis
hiperkapnioa
hipoksia
iritabilitas
nafas cuping hidung
gelisah
somnolen
takikardia

3)      Factor yang berhubungan :

Perubahan membran kapiler – alveolar
Ketidak seimbanagan perfusi - venetilasi

4)      Hasil NOC :

Respons alergi : sistemik : keparahan respons hipersensitifitas imun sistemik terhadap antigen lingkungan (eksogenus) tertentu
Keseimbangan elektrolit asan – Basa : keseimbangan elektrolit dan non –elektrolit dalam kompartemen intra sel dan ekstra sel tubuh.
Respons ventilasi mekanis : orang dewasa :  pertukaran alveolar dan perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis.
Status pernafasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di dalam alveoli untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
Status pernafasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar paru –paru
Perfusi jaringan : paru : keadekuatan aliran darah melewati vaskulatur paru yang utuh untuk perfusi unit alveoli – kapiler
Tanda – tanda vital: kondisi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah dalam rentang normal

5)      Tujuan dan kriteria evaluasi :

Contoh menggunakan Bahasa NOC :

a)      Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh tidak terganggynya respons alergi : sistemik, keseimbangan elektrolit dan asam – basa, respons ventilasi mekanis _ orang dewasa, status pernafasan : pertukaran gas, status pernafasan : ventilasi, perfusi jaringan paru, dan tanda – tanda vital.
b)      Status pernafasan : pertikaran gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :

Status kognitif
PO2, PCO2, pH arteri, dan saturasi O2
Tidal akhir CO2

c)      Status pernafasan : pertukaran gas tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai  sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
Dyspnea saat istirahat
Dyspnea saat aktifitas berat
Gelisah, sianosis, dan somnolen

d)      System pernafasan : ventilasi tidak akan terganggu yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai  sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
Frekuensi pernafasan
Irama pernafasan
Kedalaman inspirasi
Ekspulsi udara
Dyspnea saat istirahat
Bunyi nafas auskultasi

Contoh lain :
Pasien akan :
a)      Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
b)      memiliki ekspansi paru yang simetris
c)      menjelaskan perawatan dirumah
d)      tidak menggunakan pernafasan bbir mencucu
e)      tidak mengalami nafas dangkal atau ortopneu
f)       tidak menggunakan otot aksesoris untuk berbafas

6)      Intervensi NIC :

a)      Manajeman asam – basa : meningkatkan keseimbangan asam – basa dan mencegah komplikasi akibat ketidak seimbangan asam – basa
b)      Manajemen asam – basa : asidosis respiratorik : meningkatkan keseimbangan asam – basa dan mencegah komplikasi akibat kadar PCO 2 serum yang lebih tinggi dari yang diharapkan
c)      Manajemen asam – basa : alkalosis respiratori :  meningkatkan keseimbangan asam – basa dan mencegah komplikasi akibat kadar PCO2 serum yang lebih rendah dari yang diharapkan
d)      Manajemen jalan  nafas : memfasilitasi kepatenan jalan nafas
e)      Manajemen anafilaksis :  meningkatkan keadekuatan ventilasi dan perfusi jaringan untuik individu yang mengalami reaksi alergi (antigen – antibody) berat
f)       Manajemen asma : mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah reaksi terhadap inflamasi / konstriksi di jalan nafas
g)      Manajemen elektrolit :  meningkarkan keseimbangan elektrolit dan mencagah komplikasi akibat kadar elektrolitr serum yang tidak normal atau diluar harapan
h)      Perawatan emboli : paru : membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami, atau beresiko terhadap oklusi sirkulasi paru
i)        Pengaturan hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, afterload, dan kontraktilitas jantuing
j)       Interpretasi data laboratorioum : menganalisis secara kritis data laboratorium pasien untuk membantu pengambilan keputusan klinis
k)      Ventilasi mekanis : penggunaan alat buatan untuk membantu pasien bernafas
l)        Terapi oksigen : memberikan oksigen dan memantau efektifitasnya
m)    Pemantauan pernafasan : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan adekuatnya pertukaran gas
n)      Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida didalam paru
o)      Pemantauan tanda –tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardivaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi

7)      Aktifitas keperawatan .

a)      Pengkajian :

(1)          Kaji suara paru : frekuensi nafas, kedalaman, dan usaha nafas, serta produksi sputum sebagai indicator kefektifan penggunaan alat penunjang
(2)          Pantau saturasu O2 dengan oksimeter nadi
(3)          Pantau hasil gas darah (misalnya kadar PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi menunjukkan perburukan pernafasan)
(4)          Pantau kadar elektrolit
(5)          Pantau status mental (misalnya tingkat kesadaran, gelisah, dan konfusi)
(6)          Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
(7)          Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut
(8)          Manajemen jalan nafas (NIC) :
(a)           Identifikasi kebuthan pasien terhadap pemasangan jalan nafas actual atau potensial
(b)          Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventillasi dan adanya bunyi tambahan
(c)           Pantau status pernafasan dan oksigenasi, sesuai dengan kebutuhan
(9)          Pengaturan hemodinamik (NIC) :
(a)           Auskultasi bunyi jantung
(b)          Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantung
(c)           Pantau adanya oedema perifer, distensi vena jugularis, dan bunyi jantung S3 dan S4
(d)          Pantau fungsi alat pacu jantung, jika sesuai

b)      Penyuluhan utnuk pasien  / keluarga

(1)          Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (okisgen, suction, spirometer, dan IPPB)
(2)          Ajarkan kepada pasien teknik bernafas dan relaksasi
(3)          Jelaskan kepada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan lainnya
(4)          Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang
(5)          Manajemen jalan nafas (NIC) :
(a)           Ajarkan tentang batuk efektif
(b)          Ajarkan kepada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang di anjurkan, sesuai dengan kebutuhan

8)      Aktifitas lain :

a)      Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali
b)      Beri penenangan kepada pasien selama periode gangguan atau kecemasan
c)      Lakukan hygiene oral secara teratur
d)      Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misalnya pengendalian demam, dan nyeri, mengurangi ansietas)
e)      Apabila oksigen diprogramkan bagi pasien yang memiliki masalah pernafasan kronis, pantau aliran oksigen dan pernafasan secara hati – hati karena adanya resiuko depresi pernafasan akibat oksigen
f)       Buat rencana perawatan untuk pasien yang menggunakan ventilator, yang meliputi :
(1)   Meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan ketidak normalan gas darah arteri, menggunakan ambu bag yang didekatkan pada sumber oksigen di sisi tempat tidur, dan lakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan penghisapan (Suction)
(2)   Meyakinkan ke efektifan pola pernafasan dengan mengkaji  sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi
(3)   Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan penghisapan (suction) dan mempertahankan selang endotrakea atau penggantian selang endotrakea di tempat tidur
g)      Manajemen jalan nafas (NIC) :
(1)   Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
(2)   Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
(3)   Pasang jalan nafas melalui mulut atau nasofaring, sesuai dengan kebutuhan
(4)   Bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau melalui penghisapan
(5)   Dukung untuk bernafas pelan, dalam, berbalik, dan batuk
(6)   Bantu dengan spirometer ensentif, jika perlu
(7)   Lakukan fisioterapi dada , jika perlu
h)      Pengaruran hemodynamic (NIC) :
(1)   Meninggikan bagian kepala tempat tidur, jika perlu
(2)   Atur posisi pasien ke posisi trendlenberg, jika perlu

9)      Aktifitas kolaborasi :
a)      Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arteri (AGD) dan penggunaan alat bantu yang di anjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
b)      Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (misalnya, sensorineural pasien, suara nafas, pola nafas, analisa gas darah arteri, sputum, efek obat)
c)      Berikan obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk mempertahankan keseimbangan asam – basa
d)      Persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
e)      Manajemen  jalan nafas (NIC) :
(1)   Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
(2)   Berikan bronkodilatator, jika perlu
(3)   Berikan terapi aerosol, jika perlu
(4)   Berikan terapi nebulisasi ultrasonic, jika perlu
f)       Pengaturan hemodinamik (NIC) : berikan obat anti aritmia, jika perlu

d.      Penurunan curah jantung (1975, 1996, 2000)

1)      Definisi :

Ketidak adekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

2)      Batasan karakteristik :
a)      Subyektif

Tidak dapat dikaji

b)      Obyektif

(1)          Gangguan frekuensi dan irama jantung

Aritmia (takikardia, bradikardia)
Perubahan pola EKG
Palpitasi

(2)          Gangguan pre – load

Oedema
Keletihan
Peningkatan atau penurunan tekanan vena central (CVP)
Peningkatan atau penurunan tekanan baji arteri pulmonal (PAWP, Pulmonary artery wedge pressure)
Distensi vena jugularis
Murmur
Kenaikan berat badan

(3)          Gangguan after load

Akral dingin dan berkeringat
Denyut perifer menurun
Dyspnea
Peningkatan atau penurunan tahanan vaskuler pulmonal (PVR)
Peningkatan atau penurunan tahanan vaskuler sistemik (SVR)
Oliguria
CRT memanjang
Perubahan warna kulit
Variasi pada hasil pemeriksaan darah

(4)          Gangguan kontraktilitas

Bunyi crackle
Batuk
Ortopneu atau dyspnea nocturnal paroksimal
Penuunan curah jantung
Penurunan indeks jantung
Penurunan traksi ejeksi, indeks volume sekuncup (SVI, stroke volume index, indeks kerja ventrikel kiri)
Bunyi jantung S3 atau S4

(5)          Perilaku / emosi

Ansietas
Gelisah

3)      Factor yang berhubungan :

Gangguan frekuensi atau irama jantung
Gangguan volume sekuncup    :    gangguan preload
                                                     Gangguan after load
                                                     Gangguan kontraktilitas         

Factor yang berhubungan (non – NANDA International) :

Kelainan jantung (uraikan) ……
Toksisitas
Disfungsi konduksi listrik
Hypovolemia
Peningkatan kerja ventrikel
Kerusakan ventrikel
Iskemia ventrikel
Keterbatasan ventrikel

4)      Hasil NOC :

Tingkat keparahan kehilangan darah : tingkat keparahan pedarahan / hemoragie internal atau eksternal
Efektifitas pompa jantung : ke adekuatan volume darah yang di ejeksikan dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
Status sirkulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu arah, dan pada tekanan yang sesuai melalui pembulu darah besar aliran sistemik dan pulmonal
Perfusi jaringan : organ abdomen : keadekuatan aliran darah melewati pembuluh darah kecil viscera abdomen untuk mempertahankan fungsi organ
Perfusi jaringan : serebral : ke adekuatan aliran darah yang melewati vaskulator serebral untuk mempertahankan fungsi otak
Perfusi jaringan :jantung : ke adekuatan aliran darah yang melewati vaskulatorkoroner  untuk mempertahankan fungsi organ jantung
Perfusi jaringan : perifer : ke adekuatan aliran darah yang melewati vaskulator darah kecil ekstermitas untuk mempertahankan fungsi jaringan
Perfusi jaringan :pulmonal : ke adekuatan aliran darah yang melewati vaskulator pulmonal untuk memperfusi unit alveoli / kapiler
Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang normal

5)      Tujuan dan kriteria evaluasi :

Contoh menggunakan Bahasa NOC :

a)               Menunjukkan curah jantung yang memuaskan dibuktikan oleh efektifitas pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, serebral, jantung, perifer dan plmonal), dan perfusi jaringan (perifer), dan status tanda vital
b)               Menunjukkan Status Sirkulasi, dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada ganguan) :
(1)   Tekanan darah sistolik, diastolic, dan rerata rentang tekanan darah
(2)   Frekuensi nadi karotis kanan dan kiri
(3)   Frekuensi nai kanan dan kiri (perifer, misalnya : brakialis, radialis, femoralis, pedis)
(4)   Tekanan vena sentral dan tekanan baji pulmonal
(5)   PO2 dan PCO2
(6)   Status kognitif

c)               Menunjukkan Status Sirkulasi, dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1 – 5 : gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada ganguan) :
(1)   Hipotensi ortostatik
(2)   Suara nafas tambahan
(3)   Distensi vena leher
(4)   Oedema perifer
(5)   Acites
(6)   Bruit pembuluh darah besar
(7)   Angina

Contoh lain :
Pasien akan :

a)      Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
b)      Mempunyai haluaran urin, BJ urine, BUN dan kreatinin plasma dalam batas normal
c)      Mempunyai warna kulit yang normal
d)      Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik (misalnya tidak mengalami dispneu, nyeri dada, atau sinkope)
e)      Menggambarkan diet, obat, aktifitas, dan batasan yang diperlukan (misalnya untuk penyakit jantung)
f)       Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan

6)      Intervensi NIC :

a)           Reduksi perdarahan : membatasi kehilangan volume darah selama episode perdarahan
b)          Perawatan jantung : membatasi komplikasi akibat ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi jantung
c)           Perawatan jantung, akut : membatasi komplikasi akibat ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard pada pasien yang mengakibatkan kerusakan fungsi jantung
d)          Promosi perfusi serebral : meningkatkan perfusi  yang adekuat dan membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami ketidak adekuatan perfusi serebral
e)           Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri : meningkatkan sirkulasi arteri
f)           Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis :  memberi dukungan temporer sirkulasi melalui penggunaan alat atau pompa mekanisme
g)           Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena : meningkatkan sirkulasi vena
h)          Perawatan embolus : perifer : membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami sumbatan sirkulasi perifer
i)            Perawatan embolus : paru :  membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami atau berresiko mengalami sumbatan sirkulasi paru
j)            Regulasi hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi jantung, pre load, after load, dan kontraktilitas
k)          Pengendalian hemoragi : menurunkan atau meniadakan kehilangan darah yang cepat dan dalam jumlah yang banyak
l)            Terapi intravena : memberi dan memantau cairan dan obat intra vena (IV)
m)        Pemantauan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis
n)          Manajemen syok : jantung : meningkatkan ke adekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi pompa jantung
o)          Manajemen sok : volume : meningkatkan ke adekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami gangguan volume intra vascular berat
p)          Pemantauan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi

7)      Aktifitas keperawatan .

Pada umumnya tindakan keperawatan untuk diagnose ini berfokus pada pemantauan tanda – tanda vital, dan gejala penurunan curah jantung, pengkajian penyebab yang mendasari (misalnya hipovolemi, disritmia), pelaksanaan protocol attau program doctor untuk mengatasi penurunan curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti  perubahan posisi dan hidrasi

a)             Pengkajian :

(1)          Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan, dan status mental
(2)          Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya oedem dependen, kenaikan berat badan)
(3)          Kaji toleransi aktifitas pasien dengan meperhatikan adanya awitan nafas pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
(4)          Evaluasi respon pasien terhadap terapi oksigen
(5)          Kaji kerusakan kognitif
(6)          Regulasi hemodinamik (NIC) :
(a)           Pantau fungsi pacemaker, jika perlu
(b)          Pantau denyut perifer, CRT, dan suhu serta warna ekstermitas
(c)           Pantau asupan dan haluaran, haluaran urin, dan berat badan pasien, jika perlu
(d)          Pantau resistensi vaskuler sistemik dan paru, jika perlu
(e)           Auskultasi suara paru terhadap bunyi crakle atau suara nafas tambahan lainnya
(f)           Pantau dan dokukmentasikan frekuensi jantung,, irama, dan nadi
 
b)      Penyuluhan untuk pasien / keluarga :

(1)          Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanul nasal atau sungkup
(2)          Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuraan asupan dan haluaran
(3)          Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek saming obat
(4)          Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri, durasi, factor pencetus, daerah, kualitas, dan intensitas
(5)          Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputi pebatasan aktifitas, pembatasan diet, dan pengguaan alat terapeutirk
(6)          Berikan informasi tentang teknik penurunan stress, seperti biofeedback, relaksasi otot progresif, meditasi, dan latihan fisik
(7)          Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari

8)      Aktifitas lain :

a)           Ubah posisi pasien datar atau trendlenberg ketika tekanan darah pasien berada pada rentang lebih rendah, dbanding kan dengan rentang biasanya
b)          Untuk hipotensi yang tiba – tiba, berat, atau lam, pasang akses intravena untuk pemberian cairan intra vena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah
c)           Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktifitas, ansietas dana tau nyeri pada disritmia
d)          Jangan mengukur suhu dari rectum
e)           Ubah posisi pasien setiap 2 jam atau pertahankan aktifitas lain yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi perifer
f)           Regulasi hemodinamik (NIC) :
(1)          Minimalkan atau hilangkan stressor lingkungan
(2)          Pasang kateter urine, jika perlu

9)      Aktifitas kolaborasi :

a)           Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau penghentian obat tekanan darah
b)          Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropic, nitrogliserin, dan vasodilatator untuk mempertahankan kontraktilitas, pre load, dan after load sesuai dengan program medis atau protocol
c)           Berikan anti koagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai dengan program atau protocol
d)          Tingkatkan penurunan after load (misalnya dengan pompa balon intra aorta) sesuai dengan program medis atau protocol
e)           Lakukan rujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak lanjut, jika perlu
f)           Pertimbangkan perujukan ke petugas social, manajer kasus, atau layanan kesehatan komunitasdan layanan kesehatan dirumah
g)           Lakukan perujukan ke petugas social untuk mengevaluasi kemampuan membayar obat yang diresepkan
h)          Lakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung, jika diperlukan