Filariasis
A. PENDAHULUAN
Filariasis atau penyakit
kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di
wilayah tropika seluruh dunia
Filariasis adalah
sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini dapat
menyerang hewan maupun manusia. Parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi
hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Menurut
WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis
limfatik dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah.
Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi
habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik,
dan rongga tubuh. Di sini akan dibahas lebih detail mengenai filariasis
limfatik. Di Indonesia, penyakit ini lebih dikenal dengan istilah kaki gajah
atau elefantiasis.
Penyakit kaki
gajah atau pembengkakan pada bagian kaki, tangan atau tubuh adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup dalam saluran dan
kelenjar getah bening (limfe) yang dapat menyebabkan gejala akut dan kronis
serta ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Gejala akut yang berulang dan
gejala kronis yang menetap sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia serta
produktifitas penderita karena tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
merugikan masyarakat dan negara terutama menjadi beban keluarga.
Penyakit kaki
gajah saat ini masih dianggap sebagai penyakit akibat guna-guna atau penyakit
kutukan, sehingga penderita kerap diasingkan, dikucilkan. Padahal apabila tidak
ditangani secara tepat bisa menimbulkan kecacatan permanen. Bahkan, bila
dibiarkan bertahun-tahun bengkaknya bisa menjadi sangat besar. Sehingga orang
tersebut tidak bisa bergerak karena kakinya sangat besar, tangannya besar,
skrotum (alat kelamin pria) pun menjadi membesar adalah penyakit kaki gajah
yang umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis.
Masyarakat
masih menganggap bahwa penyakit ini merupakan penyakit akibat dosa turunan atau
memiliki kesalahan sehingga masyarakat di sekitarnya pun tidak mau bergaul
dengan penderita. Akibatnya, penderita semakin menderita karena diasingkan.
Inilah kekeliruan stigma mengenai penyakit kaki gajah. Stigma ini menjadi
penghalang bagi penderita untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penderita akan
menarik diri dari pergaulan sosial, sehingga penderita tidak akan mencari
penyembuhan. Akibatnya kesehatan penderita menjadi tidak tertangani dengan
baik.
Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian
Kesehatan drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid menjelaskan, jika ditemukan satu
penderita penyakit kaki gajah menjadi satu tanda, bahwa di lokasi tersebut
sudah ada kemungkinan penularan. Secara teori epidemiologi, sebetulnya sudah
ada 10 orang yang menunjukkan gejala awal, tapi mungkin tidak diketahui. Bahkan
100 orang sudah mungkin menjadi potensial menular.
Informasi ini
sangat dibutuhkan oleh para penderita agar segera menghubungi petugas
kesehatan, sehingga penyebaran penyakit kaki gajah tersebut dapat diatasi.
B. PENYEBAB
Penyebabnya
adalah sekelompok cacing parasit Nematoda yang tergolong superfamilia
Filarioidea yang menyebabkan infeksi.
Parasit yang dapat menyebabkan
jenis filariasis ini meliputi Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia
timori.
Cacing
ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar
getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening
manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina
menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah
terutama malam hari.
W. bancrofti merupakan parasit yang paling sering menyerang manusia.
Diperkirakan ada 9 dari 10 pengidap yang menderita filariasis limfatik akibat
parasit ini.
Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang
sudah terinfeksi. Setelah nyamuk menusuk kulit manusia kemudian nyamuk
mengeluarkan larva yang ada di mulut nyamuk dan akan masuk ke dalam tubuh
manusia. Kemudian larva masuk ke dalam tubuh mengikuti sirkulasi di dalam tubuh
kemudian masuk ke kelenjar limfe dan menimbulkan benjolan. Larva akan menetap
di dalam kelenjar limfe, cairannya menjadi tersumbat. Karena tersumbat,
terjadilah bendungan. Bendungan yang terus menerus, akhirnya membuat kaki
membesar dari telapak kaki sampai dengan ke paha.
Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam
hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.
Infeksi ini umumnya
dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik
yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan
menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.
Menurut Anggota Komite Ahli Pengobatan Filariasis
Indonesia (KAPFI) Prof. dr. Saleha Sungkar, mikro filaria beredar di malam
hari, maka penularannya juga di malam hari.
Nyamuk yang menghisap darah di malam hari itu siapa? Nyamuk
anopheles, nyamuk culex, nyamuk aedes, nyamuk yang malam menggigit kita, itulah
yang menularkan filaria.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala
awalnya, ujar Prof. dr. Saleha, hanya sekedar benjol diikuti demam. Benjolan
akan timbul 1-2 kali setiap bulan disertai rasa nyeri. Kemudian benjolan akan
kempis, karena dianggap sembuh akhirnya diabaikan oleh penderita. Padahal
proses penyakitnya tetap berlangsung.
Penyebab
penyakit kaki gajah yang berasal dari cacing filaria sebenarnya dapat diketahui
dari beberapa gejala. Yaitu Gejala dan tanda klinis akut seperti :
1. demam
berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul
lagi setelah bekerja berat,
2. Pembengkakan
kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak
(limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
3. Radang
saluran kelenjar getah bening yang terasa panas,
4. abses
filaria, dan
5. pembesaran
tungkai.
Gejala
yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis,
berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga
penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun
demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam,
berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya:
1.
filariasis limfatik,
2.
filariasis subkutan (bawah
jaringan kulit), dan
3.
filariasis rongga serosa (serous
cavity).
Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi,
dan Brugia
timori. Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini.
B. timori diketahui
jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W.
bancrofti dapat menyerang
tungkai dada, serta alat kelamin.
Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika),Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit.
Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella
ozzardi, yang menghuni rongga perut.
Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah
kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan
migrasi microfilariae lewat kornea.
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan
120 juta manusia terjangkit
Berdasarkan gejalanya,
filariasis limfatik terbagi dalam tiga kategori yang meliputi kondisi tanpa
gejala, akut, dan kronis.
Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa
menunjukkan gejala apa pun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan
tubuh.
Filariasis limfatik akut terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu
adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL).
Jika mengidap ADL, pasien akan mengalami :
1. gejala demam,
2. pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah
bening (limfadenopati), serta
3. bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit,
memerah, dan membengkak.
ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun. Cairan yang
menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin
sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Sedangkan AFL yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang
sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak
disertai demam atau infeksi lain.
Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya
benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat
terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).
Sementara jenis ketiga, yaitu kondisi kronis,
akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan
pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat
lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan
lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis.
Selain itu, penumpukan cairan juga bisa
berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada
penderita wanita.
D.
DIAGNOSIS
Proses diagnosis filariasis
limfatik dapat dilakukan melalui tes darah dan tes urine. Kedua tes ini akan
mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh pasien. Tes darah akan
dilakukan pada malam hari saat parasit aktif.
Jika positif terdiagnosis, dokter akan
memberikan obat-obatan anti-filaria untuk menangani filariasis limfatik.
Uniknya, karena
mikro filaria keluarnya malam, jadi kalau kita periksa darah di siang hari maka
tidak ketemu mikro filarianya. Jadi kalau malam hari kita lakukan pemeriksaan,
maka akan ketemu mikro filarianya kalau orang itu positif," kata Prof. dr.
Saleha.
Penyakit kaki
gajah adalah salah satu penyakit yang sangat sulit disembuhkan yang bersifat
menahun (kronis) jika tidak ditangani dengan cepat. Selain itu juga dapat
mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran pada kaki, lengan, hingga anggota
tubuh lainnya. Bagi penderita penyakit kaki gajah jika sudah mengalami tahap
yang sudah parah, maka akan mengalami pembengkakan yang luar biasa terutama
pada bagian yang terserang penyakit tersebut, seperti misalnya pada kaki. Hal
ini tentu saja akan semakin membuat penderita merasa tersiksa selain merasakan
sakit, penderita juga akan merasakan kesulitan dalam melakukan berbagai
aktivitas dan hanya bisa duduk saja.
Maka berdasarkan
ketenetuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate 1% dalam suatu wilayah maka
harus dilakukan pengobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turur. Selain
Anda itu juga harus melakukan tahap pencegahan penyakit kaki gajah.
E. PENGOBATAN
Pada keadaan
ringan, yakni sebatas bengkak-bengkak ringan saja kalau diobati penderita akan
sembuh. Sebab cacing akan mati dan pulih seperti sedia kala.
“Tetapi kalau
pembengkakan sudah besar sekali tidak bisa diobati lagi, tidak bisa dipulihkan.
Bahkan cacing yang sebetulnya menginfeksi jangan-jangan juga sudah mati dan
menimbulkan sumbatan menetap disitu," jelas Prof. dr. Saleha.
Untuk
menghentikan mikro filaria secara luas, Kementerian Kesehatan mengadakan
program Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis (POPM). "Pengobatannya
sangat mudah dengan minum Diethylcarbamazine (DEC) dan Albendazole diminumnya
satu kali saja, satu tahun sekali selama 5 tahun berturut-turut," ujarnya.
Namun dia
mengimbau untuk tidak mengobati diri sendiri, tetap datang ke puskesmas atau RS
untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Sementara
itu, drg. R. Vensya mengajak seluruh masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi
mencegah meluasnya penyakit kaki gajah dengan dua langkah. Pertama, dengan
mencegah gigitan nyamuk dan menjaga kebersihan. Kedua, melakukan pengecekan
kesehatan dan menjalankan pengobatan bila positif terkena penyakit kaki gajah.
Kondisi
kronis juga terkadang harus disertai dengan langkah penanganan lain yang
meliputi:
§ Operasi.
§ Melakukan olahraga ringan untuk bagian tubuh
yang mengalami penumpukan cairan untuk memicu pengalirannya.
§ Membersihkan bagian yang bengkak dengan seksama
tiap hari untuk mencegah infeksi.
§ Mensterilkan luka jika ada.
F. PENCEGAHAN
WHO
mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.
Langkah utama dalam untuk
mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa
mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di negara-negara tropis, seperti
Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan nyamuk, kita
dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi:
§ Mengenakan baju atau celana panjang.
§ Mengoleskan losion antinyamuk.
§ Tidur di dalam kelambu.
§ Membersihkan genangan air di sekitar lingkungan.
§ Selalu menjaga
kebersihan tubuh dan lingkungan
§ Melakukan vaksin
kaki gajah
§ Menggunakan
perangkat anti nyamuk seperti lation nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk
yang membawa virus penyakit kaki gajah.
§ Selalu menjaga
pola makan sehat, bergizi dan pastinya bersih. Makanan tersebut dapat emmbantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah masuknnya virus dan bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Nah dengan melakukan seperti hal-hal
yang sudah dijelaskan di atas, maka tandanya kita sudah berusaha untuk
menghindari dari resiko terjangkitnya penyakit kaki gajah mampun
jenis penyakit berbahaya lainnya. Namun bagi penderita kaki gajah, memang
sangat diharapkan sekali kesadaran untuk melakukan pengobatan ke dokter agar
bisa mendapatkan penanganan yang lebih lanjut. Selain itu juga tujuan agar
dapat mempercepat proses penyembuhan dan menghentikan tingkat penularan yang
semakin banyak. Ibarat sebuah pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati
.
G. BULAN ELIMINASI KAKI GAJAH (BELKAGA)
Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sangat peduli terhadap filaria.
Apalagi bulan Oktober bertepatan dengan Bulan Eliminasi Kaki Gajah atau
Belkaga, yang dimulai pada 1 Oktober. Karena memang geografis Indonesia begitu
sulit, sehingga diharapkan semua bisa mendapat akses kesehatan dari anak usia 2
tahun-70 tahun.
Program POMP,
bukan kepentingan untuk pemerintah, tapi kepentingan untuk rakyat Indonesia
supaya tidak terkena filariasis. Bukti keseriusan pemerintah adalah Kementerian
Kesehatan mencanangkan Indonesia bebas filariasis pada tahun 2020.
"Karena
waktunya sempit marilah kita bersama-sama mengikuti ajakan Kementerian
Kesehatan untuk bersama-sama minum obat. Dan minum obat itu lebih baik di depan
petugas, supaya petugas yakin obatnya benar diminum tidak hanya dibagikan
kemudian segera di bawa pulang tapi di rumah tidak di minum," kata drg. R.
Vensya.
Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline
(kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak@kemkes.go.id. (webtorial)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar