Senin, 17 Oktober 2016

WASPADA FILARIASIS DALAM RANGKA BULAN ELIMINASI KAKI GAJAH (BELKAGA)



Filariasis
   
A.    PENDAHULUAN

Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia
Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini dapat menyerang hewan maupun manusia. Parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Menurut WHO, terdapat sekitar 120 juta orang di dunia yang menderita filariasis limfatik dan sepertiga di antaranya mengidap infeksi yang parah.
Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh. Di sini akan dibahas lebih detail mengenai filariasis limfatik. Di Indonesia, penyakit ini lebih dikenal dengan istilah kaki gajah atau elefantiasis.
Penyakit kaki gajah atau pembengkakan pada bagian kaki, tangan atau tubuh adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang hidup dalam saluran dan kelenjar getah bening (limfe) yang dapat menyebabkan gejala akut dan kronis serta ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Gejala akut yang berulang dan gejala kronis yang menetap sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia serta produktifitas penderita karena tidak dapat bekerja secara optimal sehingga merugikan masyarakat dan negara terutama menjadi beban keluarga.
Penyakit kaki gajah saat ini masih dianggap sebagai penyakit akibat guna-guna atau penyakit kutukan, sehingga penderita kerap diasingkan, dikucilkan. Padahal apabila tidak ditangani secara tepat bisa menimbulkan kecacatan permanen. Bahkan, bila dibiarkan bertahun-tahun bengkaknya bisa menjadi sangat besar. Sehingga orang tersebut tidak bisa bergerak karena kakinya sangat besar, tangannya besar, skrotum (alat kelamin pria) pun menjadi membesar adalah penyakit kaki gajah yang umumnya banyak terdapat pada wilayah tropis.
Masyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini merupakan penyakit akibat dosa turunan atau memiliki kesalahan sehingga masyarakat di sekitarnya pun tidak mau bergaul dengan penderita. Akibatnya, penderita semakin menderita karena diasingkan. Inilah kekeliruan stigma mengenai penyakit kaki gajah. Stigma ini menjadi penghalang bagi penderita untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penderita akan menarik diri dari pergaulan sosial, sehingga penderita tidak akan mencari penyembuhan. Akibatnya kesehatan penderita menjadi tidak tertangani dengan baik.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid menjelaskan, jika ditemukan satu penderita penyakit kaki gajah menjadi satu tanda, bahwa di lokasi tersebut sudah ada kemungkinan penularan. Secara teori epidemiologi, sebetulnya sudah ada 10 orang yang menunjukkan gejala awal, tapi mungkin tidak diketahui. Bahkan 100 orang sudah mungkin menjadi potensial menular.
Informasi ini sangat dibutuhkan oleh para penderita agar segera menghubungi petugas kesehatan, sehingga penyebaran penyakit kaki gajah tersebut dapat diatasi.

B.     PENYEBAB

Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit Nematoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi.
Parasit yang dapat menyebabkan jenis filariasis ini meliputi Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.

W. bancrofti merupakan parasit yang paling sering menyerang manusia. Diperkirakan ada 9 dari 10 pengidap yang menderita filariasis limfatik akibat parasit ini.

Parasit filaria masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi. Setelah nyamuk menusuk kulit manusia kemudian nyamuk mengeluarkan larva yang ada di mulut nyamuk dan akan masuk ke dalam tubuh manusia. Kemudian larva masuk ke dalam tubuh mengikuti sirkulasi di dalam tubuh kemudian masuk ke kelenjar limfe dan menimbulkan benjolan. Larva akan menetap di dalam kelenjar limfe, cairannya menjadi tersumbat. Karena tersumbat, terjadilah bendungan. Bendungan yang terus menerus, akhirnya membuat kaki membesar dari telapak kaki sampai dengan ke paha.
Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia.

Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.

Menurut Anggota Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) Prof. dr. Saleha Sungkar, mikro filaria beredar di malam hari, maka penularannya juga di malam hari.
Nyamuk yang menghisap darah di malam hari itu siapa? Nyamuk anopheles, nyamuk culex, nyamuk aedes, nyamuk yang malam menggigit kita, itulah yang menularkan filaria.

C.     TANDA DAN GEJALA

Gejala awalnya, ujar Prof. dr. Saleha, hanya sekedar benjol diikuti demam. Benjolan akan timbul 1-2 kali setiap bulan disertai rasa nyeri. Kemudian benjolan akan kempis, karena dianggap sembuh akhirnya diabaikan oleh penderita. Padahal proses penyakitnya tetap berlangsung.
Penyebab penyakit kaki gajah yang berasal dari cacing filaria sebenarnya dapat diketahui dari beberapa gejala. Yaitu Gejala dan tanda klinis akut seperti :
1.      demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat,
2.      Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
3.      Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas,
4.      abses filaria, dan
5.      pembesaran tungkai.

Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.

Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya:
1.      filariasis limfatik, 
2.      filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan 
3.      filariasis rongga serosa (serous cavity).

Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. 
B. timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin.
Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika),Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit.
Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut.
Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan migrasi microfilariae lewat kornea.

Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit

Berdasarkan gejalanya, filariasis limfatik terbagi dalam tiga kategori yang meliputi kondisi tanpa gejala, akut, dan kronis.

Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Filariasis limfatik akut terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu adenolimfangitis akut (ADL) dan limfangitis filaria akut (AFL).

Jika mengidap ADL, pasien akan mengalami :
1.      gejala demam,
2.      pembengkakan noda limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta
3.      bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit, memerah, dan membengkak.
ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Sedangkan AFL yang disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain.
Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).
Sementara jenis ketiga, yaitu kondisi kronis, akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis.
Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita.

D.    DIAGNOSIS

Proses diagnosis filariasis limfatik dapat dilakukan melalui tes darah dan tes urine. Kedua tes ini akan mendeteksi keberadaan parasit filaria dalam tubuh pasien. Tes darah akan dilakukan pada malam hari saat parasit aktif.
Jika positif terdiagnosis, dokter akan memberikan obat-obatan anti-filaria untuk menangani filariasis limfatik.
Uniknya, karena mikro filaria keluarnya malam, jadi kalau kita periksa darah di siang hari maka tidak ketemu mikro filarianya. Jadi kalau malam hari kita lakukan pemeriksaan, maka akan ketemu mikro filarianya kalau orang itu positif," kata Prof. dr. Saleha.
Penyakit kaki gajah adalah salah satu penyakit yang sangat sulit disembuhkan yang bersifat menahun (kronis) jika tidak ditangani dengan cepat. Selain itu juga dapat mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran pada kaki, lengan, hingga anggota tubuh lainnya. Bagi penderita penyakit kaki gajah jika sudah mengalami tahap yang sudah parah, maka akan mengalami pembengkakan yang luar biasa terutama pada bagian yang terserang penyakit tersebut, seperti misalnya pada kaki. Hal ini tentu saja akan semakin membuat penderita merasa tersiksa selain merasakan sakit, penderita juga akan merasakan kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas dan hanya bisa duduk saja.
Maka berdasarkan ketenetuan WHO, jika ditemukan mikro filarial rate 1% dalam suatu wilayah maka harus dilakukan pengobatan secara masal selama 5 tahun berturut-turur. Selain Anda itu juga harus melakukan tahap pencegahan penyakit kaki gajah.

E.     PENGOBATAN

Pada keadaan ringan, yakni sebatas bengkak-bengkak ringan saja kalau diobati penderita akan sembuh. Sebab cacing akan mati dan pulih seperti sedia kala.
“Tetapi kalau pembengkakan sudah besar sekali tidak bisa diobati lagi, tidak bisa dipulihkan. Bahkan cacing yang sebetulnya menginfeksi jangan-jangan juga sudah mati dan menimbulkan sumbatan menetap disitu," jelas Prof. dr. Saleha.
Untuk menghentikan mikro filaria secara luas, Kementerian Kesehatan mengadakan program Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis (POPM). "Pengobatannya sangat mudah dengan minum Diethylcarbamazine (DEC) dan Albendazole diminumnya satu kali saja, satu tahun sekali selama 5 tahun berturut-turut," ujarnya.
Namun dia mengimbau untuk tidak mengobati diri sendiri, tetap datang ke puskesmas atau RS untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Sementara itu, drg. R. Vensya mengajak seluruh masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi mencegah meluasnya penyakit kaki gajah dengan dua langkah. Pertama, dengan mencegah gigitan nyamuk dan menjaga kebersihan. Kedua, melakukan pengecekan kesehatan dan menjalankan pengobatan bila positif terkena penyakit kaki gajah.
Kondisi kronis juga terkadang harus disertai dengan langkah penanganan lain yang meliputi:
§   Operasi.
§   Melakukan olahraga ringan untuk bagian tubuh yang mengalami penumpukan cairan untuk memicu pengalirannya.
§   Membersihkan bagian yang bengkak dengan seksama tiap hari untuk mencegah infeksi.
§   Mensterilkan luka jika ada.

F.      PENCEGAHAN

WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.

Langkah utama dalam untuk mencegah tertular filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk sebisa mungkin. Hal ini sangat penting, terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia. Untuk memaksimalisasi perlindungan terhadap gigitan nyamuk, kita dapat mengambil langkah-langkah sederhana yang meliputi:
§  Mengenakan baju atau celana panjang.
§  Mengoleskan losion antinyamuk.
§  Tidur di dalam kelambu.
§  Membersihkan genangan air di sekitar lingkungan.
§  Selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan
§  Melakukan vaksin kaki gajah
§  Menggunakan perangkat anti nyamuk seperti lation nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk yang membawa virus penyakit kaki gajah.
§  Selalu menjaga pola makan sehat, bergizi dan pastinya bersih. Makanan tersebut dapat emmbantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah masuknnya virus dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Nah dengan melakukan seperti hal-hal yang sudah dijelaskan di atas, maka tandanya kita sudah berusaha untuk menghindari dari resiko terjangkitnya penyakit kaki gajah mampun jenis penyakit berbahaya lainnya. Namun bagi penderita kaki gajah, memang sangat diharapkan sekali kesadaran untuk melakukan pengobatan ke dokter agar bisa mendapatkan penanganan yang lebih lanjut. Selain itu juga tujuan agar dapat mempercepat proses penyembuhan dan menghentikan tingkat penularan yang semakin banyak. Ibarat sebuah pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati
.
G.    BULAN ELIMINASI KAKI GAJAH (BELKAGA)

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sangat peduli terhadap filaria. Apalagi bulan Oktober bertepatan dengan Bulan Eliminasi Kaki Gajah atau Belkaga, yang dimulai pada 1 Oktober. Karena memang geografis Indonesia begitu sulit, sehingga diharapkan semua bisa mendapat akses kesehatan dari anak usia 2 tahun-70 tahun.
Program POMP, bukan kepentingan untuk pemerintah, tapi kepentingan untuk rakyat Indonesia supaya tidak terkena filariasis. Bukti keseriusan pemerintah adalah Kementerian Kesehatan mencanangkan Indonesia bebas filariasis pada tahun 2020.
"Karena waktunya sempit marilah kita bersama-sama mengikuti ajakan Kementerian Kesehatan untuk bersama-sama minum obat. Dan minum obat itu lebih baik di depan petugas, supaya petugas yakin obatnya benar diminum tidak hanya dibagikan kemudian segera di bawa pulang tapi di rumah tidak di minum," kata drg. R. Vensya.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id.  (webtorial)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar