A.
STATUS
GENERALIS / PEMERIKSAAN UMUM.
Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan),
tinggi/berat badan. Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145
cm, berat badan 75 kg. Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai
diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta).
Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri
frontal, hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.
Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir, perdarahan
gusi, gigi-geligi.
Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi auskultasi
umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis,
varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul).
Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus
dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
B.
STATUS OBSTETRICUS / pemeriksaan khusus obstetric
1.
Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran
abdomen mungkin belum nyata).
Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda
dilakukan dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus -
pada kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold adalah
suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan
yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan
tangan pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut
dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori
ini dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin sudah dapat diraba.
Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan letak
janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan
memperkirakan berat janin.
Pemeriksaan palpasi Leopold sulit
untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding perut tebal) dan yang
mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat menjadi
tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan
diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka
persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah:
a.
Instruksikan
ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya
b.
Menempatkan
ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di bawah
kepala untuk kenyamanan
c.
Menjaga
privasi
d.
Menjelaskan
prosedur pemeriksaan
e.
Menghangatkan
tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat merangsang kontraksi
rahim)
f.
Gunakan
telapak tangan untuk palpasi bukan jari.
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika :
a.
Leopold I
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang di
fundus dengan kedua telapak tangan.
Tujuan : untuk
menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang
terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Gambar
2: Palpasi Leopold 1
Teknik :
1) Memposisikan ibu
dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam
diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
2) Menengahkan
uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical
3) Kedua tangan
meraba fundus kemudian menentukan TFU
4) Meraba bagian
Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.
Hasil :
1) Apabila kepala
janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan
melenting (seperti mudah digerakkan)
2) Apabila bokong
janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang bundar,
dan kurang melenting
3) Apabila posisi
janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.
b.
Leopold II
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke
arah kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau
mungkin bagian keras bulat (kepala) janin.
Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin.
Gambar
3: Palpasi Leopold 2
Teknik :
1) Posisi ibu masih
dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
2) Meletakkan
telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama
3) Mulai dari
bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).
Hasil :
1) Bagian punggung:
akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan
2) Bagian-bagian
kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
c.
Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah
(di atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
Tujuan : untuk
menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul
(PAP).
Gambar
4: Palpasi Leopold 3
Teknik :
1) Posisi ibu masih
dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
2) Meletakkan ujung
telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan bawah
perut ibu
3) Menekan secara
lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi
4) Gunakan tangan
kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian terbawah
janin.
Hasil :
1) Bagian
keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong
2) Apabila bagian
terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang, sudah tidak
bias (seperti ada tahanan).
d.
Leopold IV
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan,
jari ke arah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan
apakah bagian tersebut sudah masuk / melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan
dengan satuan x/5) Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran
berat janin (meskipun kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada
kehamilan aterm, perkiraan berat janin dapat menggunakan rumus cara
Johnson-Tossec yaitu : tinggi fundus (cm) - (12/13/14)) x 155 gram.
Tujuan : untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin
apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa
jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
Gambar
5: Palpasi Leopold 4
Teknik :
1) Pemeriksa
menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
2) Meletakkan ujung
telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
3) Menemukan kedua
ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba
dinding bawah uterus.
4) Perhatikan sudut
yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak bertemu
(divergen)
5) Setelah itu
memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
6) Memfiksasi
bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Hasil :
1) Apabila kedua
jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin
belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa
membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin sudah
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
2) Penurunan kepala
dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum
masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah
masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP)
Menentukan usia kehamilan :
Gambar
6-7: Gambaran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Dikonversikan dengan Usia Kehamilan
(UK)
Keterangan:
·
Pada
usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis
·
Pada
usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat
·
Pada
usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
·
Pada
usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat
·
Pada
usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
·
Pada
usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat
·
Pada
usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus
Xipoideus
·
Pada
usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk
membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
Gambar
1: Pemeriksaan Palpasi Leopold 1 s.d. 4
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler
yang ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik
pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh
frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah
denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi
denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal
stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress
pada janin (fetal distress/gawat janin).
2.
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda
radang, luka / perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan
dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas. Inspeksi dalam menggunakan
spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum
Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam
liang vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan
porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/
discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor,
tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar
vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
3.
Genitalia interna
Palpasi : colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari
sebelah tangan dan bimanual dengan tangan lain menekan fundus dari luar
abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/tidaknya pembukaan
serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.
Ditentukan bagian terbawah (JANGAN LUPA, SELALU PALPASI BIMANUAL PADA
PEMERIKSAAN VAGINAL !!!!)
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan
pelvimetri klinik untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi
fetopelvik/sefalopelvik.
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
a.
perdarahan per vaginam pada
kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya plasenta previa, dapat
menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja
operasi, dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati).
b.
ketuban pecah dini - dapat menjadi
predisposisi penjalaran infeksi (korioamnionitis). Pemeriksaan dalam (vaginal
touché) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal pertama, kecuali
ada indikasi. Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan
obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36
minggu, untuk memperkirakan ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks
uteri dan keadaan jalan lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian
kemungkinan persalinan normal pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan
kurang dari 36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih
minimal, akan sulit dan sakit untuk eksplorasi.
4.
Pemeriksaan rektal (rektal touché) :
dilakukan atas indikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar