Selasa, 18 Oktober 2016

PERAWATAN KAKI DIABETES


SENAM KAKI DIABETES

Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009; dikutip Andarwanti, 2009).
Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu evaluasi tukak, pengendalian kondisi metabolik, debridemen luka, biakan kuman, antibiotika tepat guna, tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). (Anggriyana & Atikah, 2010).
Perawat sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan dalam memberikan edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing penderita DM untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat melakukan senam kaki secara mandiri.
Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah gerakansendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes (Anneahira, 2011).

Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes?
1.      Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
2.      Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
3.       Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
4.      Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5.       Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6.      Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.
7.      Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
8.      Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-8, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
9.      Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Kemudian gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
10.  Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
11.  Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan hanya sekali saja.
12.  Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran tersebut.
13.  Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
14.  Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi.
15.  Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri menjadi bentuk bola. 

PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANC - BAG 3)


A.    STANDAR ANC

Standar pelayanan antenatal yang berkualitas ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam Mufdlilah (2009b), meliputi :

1.      Memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal empat kali, satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara cepat dan tepat.
2.      Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit menghasilkan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya bayi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dan kematian bayi, pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Menurut Mufdlilah (2009) yang dikutip dari Cunningham dkk (1997), pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil,, jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi.
3.      Penimbangan berat badan dan pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urine positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas atas.
4.      Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterine, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion yang ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal.
5.      Melaksanakan palpasi abdominal setiap kunjungan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, bagian terendah, letak punggung, menentukan denyut jantung janin untuk menentukan asuhan selanjutnya.
6.      Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
7.      Pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu.
8.      Memberikan tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan, diminum setiap hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami/keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi untuk meyakinkan bahwa tablet zat besi betul-betul diminum.
9.      Pemeriksaan urin jika ada indikasi (tes protein dan glukosa), pemeriksaan penyakit-penyakit infeksi (HIV/AIDS dan PMS).
10.  Memberikan penyuluhan tentang perawatan diri selama hamil, perawatan payudara, gizi ibu selama hamil, tanda bahaya pada kehamilan dan pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutnya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh minat, beri nasehat dan rujuk bila diperlukan.
11.  Bicarakan tentang persalinan kepada ibu hamil, suami/ keluarga pada trimester III, memastikan bahwa persiapan persalinan bersih, aman dan suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk.
12.  Tersedianya alat-alat pelayanan kehamilan dalam keadaan baik dan dapat digunakan, obat-obatan yang diperlukan, waktu pencatatan kehamilan dan mencatat semua temuan pada kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Mufdlilah (2009), standar pelayanan antenatal ada enam, yaitu:
1.      Identifikasi ibu hamil
Hasil yang diharapkan:
a.       Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
b.      Ibu, suami dan masyarakat menyadari manfaat pelayanan kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pelayanan kehamilan
c.       Meningkatkan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 12 minggu.
2.      Pemantauan dan pelayanan antenatal
Hasil yang diharapkan:
a.       Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
b.       Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat
c.        Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan
d.       Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
e.        Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kegawatdaruratan.
3.      Palpasi abdominal
Hasil yang diharapkan:
1.      Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
2.      Diagnosis dini kelainan letak dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan
3.      Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
4.      Pengelolaan anemia pada kehamilan
Hasil yang diharapkan:
a. Ibu dengan anemia berat segera dirujuk
b.Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia
c. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia.
5.      Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Hasil yang diharapkan:
a.       Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu
b.      Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsi
6.      Persiapan persalinan
Hasil yang diharapkan  :
a.       Ibu hamil dan masyarakat tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman
b.      Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai
c.       Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu
d.      Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.

Pelayanan ANC sesuai dengan kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar 14 T, yaitu :
1.      Penimbangan Berat Badan : Timbang berat badan setiap kali kunjungan.Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil ialah sebesar pada Trimester I 0,5 Kg perbulan dan Trimester II-III 0,5 Kg perminggu.
2.      Ukur Tekanan Darah : Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC, diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120/80 mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin.
3.      Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU) : Perhatikan ukuran TFU ibu apakah sesuai dengan Umur Kehamilan atau tidak
4.      Pemberian tablet besi : Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama 3 bulan.
5.      Pemberian imunisasi TT : Imunisasi ini diberikan untuk memberikan perlindungan terhadap ibu dan janin terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali.
6.      Pemeriksaan Hb : Hb pada ibu hamil tidak boleh kurang dari 11 gr% karena ditakutkan ibu akan mengalami anemia.
7.      Pemeriksaan VDRL
8.      Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara
9.      Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil
10.  Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
11.  Pemeriksaan protein urine atas indikasi
12.  Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi
13.  Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
14.  Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T yang meliputi :

1.      Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2.      Ukur Tekanan darah.
3.      Pemberian imunisasi Tetanus toxoid (TT).
4.      Pemberian Tablet zat besi.
5.      Ukur Tinggi fundus uteri (rahim).
6.      Tes terhadap penyakit menular seksual.
7.      Temu wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan. 

Standar pelayanan ANC lainnnya adalah 10  Standar  ANC, yaitu :

1.      Timbang Berat Badan
Bila kita berkunjung ke tenaga kesehatan baik itu dokter kebidanan dan kandungan atau pun seorang bidan pada saat hamil maka yang pertama kali dilakukan adalah dengan pemeriksaan berat badan ini (timbang badan).Tujuan pemeriksaan kehamilan ini adalah untuk mengetahui peningkatan berat badan ibu hamil dalam setiap bulannya.Bila berat badannya naik secara normal dan tidak ada peningkatan berat badan berlebihan maka itu salah satu indikasi kehamilan sehat juga.
Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester ketiga menyatakan ibu kurus memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Normalnya pertambahan berat badan selama kehamilan yaitu 5-15 kg.
2.      Ukur LILA (tentukan status gizi)
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah dilakukan beberapa pengukuran. Bidan / dokter saat pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).Pengukuran LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamiluntuk memprediksi adanya kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Pengukuran LILA dilakukan  dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibuhamil pada posisi  berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri,  jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal,  pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada lengan kanan.
Dengan pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan menapis risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut :
a.       Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
b.      Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti status gizi ibuhamil baik, dan  risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
3.      Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan secara rutin setiap ANC, diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 / 80 mmHg).Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi) yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan dapat terjadinya pre-eklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa kehamilan) dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin / bayinya.Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah (hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.
4.      Ukur TFU
Secara sederhana, bidan atau dokter saat melaksanakan ANC pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia kehamilan dilakukan pemeriksaan abdominal/perut secara seksama.  Pemeriksaan dilakukan dengan cara  melakukan palpasi (sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan pengukuran secara langsung  untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah.
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.Pemantauan ini bertujuan untuk melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.
5.      Hitung DJJ
Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat kehamilan, bidan / dokter akan melakukan suatu pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama saat trimester III atau menjelang waktu prediksi persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula  pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)  sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Denyut jantung janin normal permenit adalah sebanyak 120-160 kali. Pemeriksaan denyut jantung  janin harus dilakukan pada ibu hamil, dan  denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Alat yang sering digunakan dalam menentukan posisi janin dan denyut jantung janin saat ini adalah USG (Ultra Sono Grafi) dan Doppler USG ini aman untuk janin dan sang ibu.
6.      Tentukan Presentasi Janin
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk menentukan posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.Pemantauan ini bertujuan untuk melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.
7.      Beri immunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan kegiatan pemberian imunisasi TT.
Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:
a.       Melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.
b.      Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan tetanus neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).
Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap.TT1 dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan.Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.
8.      Pemeriksaan Laboratorium
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan Hb untuk menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil. Sebaiknya pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak trimester I, sehingga apabila ditemukan kondisi anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat.
Apabila didapatkan resiko penyakit lainnya saat kehamilan seperti darah tinggi/hipertensi dan kencing manis/diabetes melitus, maka dapat dilakukan tes laboratorium lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar protein (albumin dan globulin), kadar gula darah dan urin lengkap.
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk mengatasi risiko penyakit lain selama kehamilan. Sehingga ketika waktu persalinan dapat berlangsung dengan aman dan sehat.
9.      Beri Tablet Tambah Darah (tablet besi)
Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar Hb darah rendah) pada 3 bulan terakhir masa kehamilannya, karena pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, rentan infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.
10.  Temu Wicara
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara, antara lain :
a.       Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat.
b.      Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan.
c.       Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan
d.      Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
e.       Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)
f.       Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
g.      Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana proses kelahiran
h.      Persiapan dan biaya persalinan

Kesadaran akan pentingnya ANC harus selalu ditanamkan pada ibu hamil supaya ibu hamil mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Masa kehamilan sangatlah menentukan pertumbuhan dan perkembangan si kecil nantinya

B.      NASEHAT  UNTUK  PERAWATAN UMUM SEHARI-HARI

Nasehat umum untuk perawatan sehari-hari bagi ibu hamil  dddiantaranya addalah sebagai berikut:
1.      Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa (tingkat aktifitas ringan sampai sedang), istirahat minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat aktifitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan sampai sedang, dipertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit.  Jika ada gangguan / keluhan yang mencurigakan dapat membahayakan (misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus dihentikan.
2.      Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan dengan radiasi / bahan kimia, terutama pada usia kehamilan muda.
3.      Imunisasi
Terutama tetanus toksoid. Imunisasi lain sesuai indikasi.
4.      Bepergian dengan pesawat udara
Tidak perlu kuatir bepergian dengan menumpang pesawat udara biasa, karena tidak membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin kapal penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa.
5.      Mandi dan cara berpakaian
Mandi cukup seperti biasa. Pemakaian sabun khusus / antiseptik vagina tidak dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain itu aplikasi sabun vaginal dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan pergerakan, pernapasan dan perspirasi yang leluasa.
6.      Sanggama / coitus
Dapat seperti biasa, kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus sebelumnya, coitus ditunda sampai usia kehamilan di atas 16 minggu, di mana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi dan fungsi yang baik. Beberapa kepustakaan menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3-4 minggu terakhir menjelang perkiraan tanggal persalinan. Hindari trauma berlebihan pada daerah serviks / uterus. Pada beberapa keadaan seperti kontraksi / tanda-tanda persalinan awal, keluar cairan pervaginam, keputihan, ketuban pecah, perdarahan pervaginam, abortus iminens atau abortus habitualis, kehamilan kembar, penyakit menular seksual, sebaiknya coitus jangan dilakukan.
7.      Perawatan mammae dan abdomen
Jika terjadi papila retraksi, dibiasakan papillla ditarik manual dengan pelan. Striae / hiperpigmentasi dapat terjadi, tidak perlu dikuatirkan berlebihan.
8.      Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carrier infeksi (misalnya, bulu kucing / burung, dapat mengandung parasit toxoplasma). Dianjurkan menghindari kontak.
9.      Merokok / minuman keras / obat-obatan
Harus dihentikan sekurang-kurangnya selama kehamilan dan sampai persalinan, nifas dan menyusui selesai. Obat-obat depresan adiktif (narkotik dsb.) mendepresi sirkulasi janin dan menekan perkembangan susunan saraf pusat pada janin.
10.  Gizi / nutrisi.
Makanan sehari-hari dianjurkan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk ibu hamil Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan vitamin dan tablet Fe.