GOLONGAN ALAT KESEHATAN
YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI ATAU MENGURANGI PENYAKIT
Biasanya digunakan oleh ahli fisioterapi.
1.
SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)
a. Pengertian
SWD
Short Wave Diathermy (SWD) adalah Suatu alat terapi yang
menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet
menjadi energi panas.
Short Wave Diathermy biasa disebut dengan Diathermy gelombang
pendek.
Berfungsi untuk memanaskan jaringan dan pembuluh darah dengan
gelombang pendek, sehingga peredaran darah menjadi lancer
Terapi panas penentrasi
dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi 27,12 MHz, panjang
gelombang 11 m.
b. Tujuan
Pemberian SWD
1) Memperlancar
peredaran darah,
2) mengurangi
rasa sakit,
3) mengurangi
spasme otot,
4) membantu
meningkatkan kelenturan jaringan lunak,
5) mempercepat
penyembuhan radang.
c. Penempatan/susunan
elektroda
1)
Kontraplanar ; paling baik, penentrasi
panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi.
2)
Koplanar : elektroda berdampingan
disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara
ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
3)
Cross fire treatment ; ½ terapi
diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain,
pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
4)
Monoplanar : elektroda aktif diatas
satu lesi, bila yang dituju local & dangkal
d. Indikasi
SW
Kondisi peradangan dan
kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pd
sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot
jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem
peredarah darah)
e. Kontraindikasi
SWD
Keganasan, kehamilan,
kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya logam di
dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.
f. Teknik
aplikasi SWD
Pre pemanasan alat 5-10
menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30
menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman
mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda,
pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi
pasien.
g. Pengoperasian
Short Wave Diathermy
1)
Tempatkan alat pada ruang tindakan.
2)
Lepaskan penutup debu
3)
Siapkan aksesoris (electrode)
4)
Hubungkan alat dengan terminal pembumian
5)
Hubungkan alat dengan catu daya.
6)
Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
7)
Lakukkan pemanasan secukupnya
8)
Atur tombol sesuai kebutuhan pelayanan
9)
Lakukan test fungsi tombol emergenci stop
10)
Jelaskan fungsi dan cara penggunaan tombol emergenci stop pada pasien.
11)
Perhatikan protap pelayanan
12)
Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan
13)
Tentukan electrode yang akan di gunakan dan pasang pada alat.
14)
Atur intensitas energi sesuai yang di perlukan
15)
Tempatkan electrode pada obyek
16)
Atur waktu penyinaran
17)
Lakukan penyinaran. Perhatikan kondisi pasien
18)
Setelah terapi selesai, kembalikan
tombol intensitas energi keposisi minimum/nol.
19)
Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol on atau off
ke posisi off
20)
Lepaskan hubungan alat dengan catu daya
21)
Lepaskan kebel pembumian
22)
Lepaskan electrode dan bersihkan
23)
Bersihkan alat. Pastikan alat short wave diathermy
dalam keadaan baik dan siap di fungsikan pada pemakaian berikutnya.
24)
Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula
dan Pasang penutup debu
25)
Catat beban kerja alat - dalam jumlah pasien
2.
MICROWAVE DIATHERMY (MWD)
a. Pengertian
MWD
Suatu aplikasi terapeutik
dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi elektromagnetik yg akan
dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz dengan panjang
gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya 3
cm, efektif pada otot
b. Indikasi
MWD
Selektif pemanasan otot
(jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal,
Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan
Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)
c. Kontraindikasi
MWD
Adanya logam, gangguan
pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang banyak cairan,
gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes
melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan
kesadaran), sesudah rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.
d. Efek
fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD
Terjadinya perubahan panas
; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme jaringan lokal,
meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya
menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan
temperatur pada daerah lokal.
e. Teknik
aplikasi MWD:
1) Persiapan
alat : tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit
2) persiapan
pasien :
a) bebaskan
dari pakaian dan logam,
b) posisikan
pasien senyaman mungkin,
c) tes
sensibilitas, jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi
3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas
ditentukan oleh aktualitas patologi :
(1) aktualitas
rendah : thermal,
(2) aktualitas
sedang : subthermal,
(3) aktualitas
tinggi : athermal
3.
ULTRASOUND (US)
a. Pengertian
US
Terapi dgn menggunakan
gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz).
Gelombang suara ultra sonik yang merupakan gelombang
suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekwensi 0,1 hingga 5 MHz.
Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya
dengan frekwensi dan intensitas masing-masing (Lehmaun 1990)
UNTUK
DIAGNOSTIK
|
FREKWENSI
|
INTENSITAS
|
Echocardiography
|
5 M Hz
|
3,4 mW/cm²
|
Echophalography
|
5 M Hz
|
3,4
mW/cm²
|
doppler blood flow
|
5 s.d 10 M Hz
|
203
m/W/cm²
|
obstretical doopler
|
2,25 M Hz
|
6,3
m/W/cm²
|
UNTUK SURGICAL
|
||
gallostone ablation
|
0,01 M Hz
|
20
s.d 100 W/cm²
|
UNTUK
TERAPEUTIK
|
||
physical medicine &
rehabilitation
|
0,75 s.d 3 M Hz
|
0.1
s.d 5 W/cm²
|
b. Tujuan
pemberian US
1) Mengurangi
ketegangan otot,
2) mengurangi
rasa nyeri,
3) memacu
proses penyembuhan collagen jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman <
dari 5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap media:
a) Tulang
: penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz
b) kulit
: penentrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 12 mm
c) tendon
: penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
d) Otot
: penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
e) Lemak
: penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55 mm, 3 MHz penentrasi :
1/3 dari frek 1 MHz
c. intensitas
terapi :
1) kontinu.
intensitas rendah <0,3 W/cm²,
2) intensitas
sedang 0,3-1,2 W/cm²,
3) intensitas
kuat 1,2-3W/cm².
4) untuk
efek terapeutik 0,7-3 MHZ.
d. Frekuensi
:
1) untuk
kasus pada kondisi subakut waktu 3
menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x.
2) Untuk
kasus pada kondisi kronik waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari,
sehari 12-18x.
e. Metode
US
1) Kontak
langsung :
paling banyak digunakan ;
perlu adanya media coupling (Gel, water oil, pasta analgetik, water). Syarat
media coupling harus steril, tidak
terlalu cair, tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek/pekat.
2) Kontak
tidak langsung :
sub aqual (dalam air) di
dalam air, hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya kecil dan
tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari.
water pillow ( kantong
plastik/karet mengandung air) kontak dipermukaan tubuh tidak rata; medium
antara sisi kantong – kulit, sisi kantong – tranduser.
f. Teknik
Aplikasi US
1) Sebelum
terapi :
a) lakukan
assesment,
b) Persiapan
alat
(1) tes
sensibilitas,
(2) lokalisasi
daerah terapi,
(3) tentukan
metode (langsung/tidak langsung),
c) Persiapan
pasien
beri penjelasan kepada
pasien : “ bapak/ibu saya akan memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya
seperti dipijat dan sedikit hangat gunanya untuk memperbaiki jaringan yg rusak
sehingga akan mengurangi nyeri”
2) Penatalaksanaan
US
a) Berikan
gel pada daerah yang akan diterapi
b) Ratakan
gel dgn tranduser,
c) nyalakan
alat
d) Timer
ditentukan dari luas area dibagi dengan
luas ERA
e) Intensitas
ditentukan oleh aktifitas patologi :
(1) aktivitas
tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²)
(2) aktivitas
sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm²)
(3) aktivitas
rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm²)
f) Intensitas/durasi
:
(1) pada
kondisi akut : intermiten ;
(2) pada
kondisi kronik : continous
g) Ultrasound
dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan tidak rata), penerapannya :
Tidak langsung bersentuhan dengan air, jaraknya 1,5-2,5 cm
h) Untuk
tranduser 1 MHz : penentrasi lebih dalam, tapi area konvergen 3x lebih kecil.
i)
Untuk tranduser 3 MHz : penentrasi lebih kecil tapi area
konvergen 3x lebih besar.
3) Efek
US
a) Mekanis
: menimbulkan efek micromassage, Dilatasi, Inflamasi
b) Thermal
: menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil dimana panas ringan sampai 5 cm
(deep) dan lebih dominan pada continue.
c) Piezoelectric
: perubahan muatan membran sehingga terjadi proses kimiawi di jaringan di sekitarnya
d) Biologis
:
(1) menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah
(2) meningkatkan
sirkulasi darah
(3) meningkatkan
permeabilitas dan regenerasi jaringan
(4) menimbulkan
rileksasi otot sehingga akan mengurangi nyeri.
4) Indikasi
US
a) kondisi
peradangan dan traumatik sub akut dan kronik,
b) adanya
jaringan parut (scar tissue) pada kulit,
c) kondisi
ketegangan,
d) pemendekan
dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament).
e) Kondisi
inflamasi kronik ;
f) oedema
g) gangguan
sirkulasi darah,
h) contoh
kasus yg termasuk indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis
Genu, Hernia Nucleus Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow,
frozen shoulder.
5) Kontra
indikasi US
a) jaringan
yang lembut (mata, ovarium, testis, otak),
b) jaringan
yang baru sembuh,
c) jaringan/granulasi
baru,
d) kehamilan,
e) pada
daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat,
f) tanda-tanda
keganasan, infeksi bakteri spesifik.
4.
Transcutaneus Electrical nerve
stimulation (TENS)
a. Pengertian
TENS
Transcutaneus Electrical nerve
stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna
merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk
merangsang berbagai tipe nyeri
Pada TENS mempunyai bentuk
pulsa :
1) Monophasic
mempunyai bentuk gelombang rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus
searah;
2) biphasic
bentuk pulsa rectanguler
3) biphasic
simetris dan
4) sinusoidal
biphasic simetris;
pola
polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran.
Pulsa monophasic selalu
mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan sehingga akan
terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan
nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.
b. Tujuan
pemberian TENS
1) Memeilhara
fisiologis otot dan mencegah atrofi otot,
2) re-edukasi
fungsi otot,
3) modulasi nyeri tingkat sensorik,
4) spinal
dan supraspinal,
5) menambah
Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon,
6) memperlancar
peredaran darah dan
7) memperlancar
resorbsi oedema
c. Frekuensi
Pulsa
1) Frekuensi
pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.
2)
Frekuensi pulsa tinggi > 100
pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan sensibilitas getaran
sehingga otot cepat lelah
Arus
listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit
sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi.
Arus
listrik frekuensi menengah bersifat lebih konduktif untuk stimulasi elektris
karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan
mempunyai penetrasi yang lebih dalam.
d. Penempatan
Elektroda
1) Di
sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab
metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab
nyeri
2) Dermatome
: Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik
dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di
posterior dari suatu area dermatome tertentu
3) Area
trigger point dan motor point
e. Indikasi
TENS
1) Kondisi
LMNL (Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri,
kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik,
2) kondisi
LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca
operasi tendon transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai
irritation/awal dari suatu latihan,
3) kondisi
peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow),
4) kondisi
pembengkakan setempat yang belum 10 hari
f. Kontra
Indikasi TENS
1) Sehabis
operasi tendon transverse sebelum 3 minggu,
2) adanya
ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan,
3) kondisi
peradangan akut
4) penderita
dlm keadaan panas
g. Prosedur
TENS
1) Tingkat
analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100)
mikrodetik
2) Tingkat
analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik
3) Persipan
pasien
(a) kulit
harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll,
(b) periksa
sensasi kulit,
(c) lepaskan
semua metal di area terapi,
(d) jangan
menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur yg baru/non-union, diatas
jaringan parut baru, kulit baru.
5.
PARAFIN BATH
a. Pengertian
merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan paraffin sebagai medianya.
merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan paraffin sebagai medianya.
Paraffin yang digunakan
untuk terapi ini adalah paraffin biasa yang ditambah paraffin oil kemudian
dipanaskan hingga meleleh dengan suhu > 55 0 C.
Perbandingan natara
paraffin dengan paraffin oil adalah 6 : 1.
Pengobatan panas
superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.
b. Tujuan
1) Preliminary
terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage),
2) memperlancar
peredaran darah,
3) mengurangi
rasa sakit,
4) menambah
kelenturan jaringan perifer,
5) lingkup
gerak sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.
c. Metode
Aplikasi
1) Metode
Deep :
(a) mencelupkan
kaki/tangan kedalam cairan parafin bath
(b) terbentuk
permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit
(c) tarik
kembali
(d) ulang
8-10x sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap
kehilangan panas)
(e) bungkus
dengan handuk kering untuk mempertahankan panas
(f) lama
15-20 menit
(g) setelah
itu sarung tangan parafin dilepas
2) Metode
immersion :
(a) mencelupkan
tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin
(b) terbentuk
sarung tangan pada sekitar kulit
(c) lama
20-30 menit
(d) lebih
efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
3) Metoda
brushing :
(a) dengan
menggunakan kuas
(b) untuk
area yang tidak dijangkau (pinggang, hip, pada regio yang besar)
d. Persiapan alat
Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan
metode terapi.
Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath
1) Parafin & parafin oil
2) Handuk
3) Kuas
e. Persiapan penderita
1) Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu
tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada
pasien.
f. Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi.
Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode
rendaman:
1) Panaskan parafin dengan suhu antara 90 0
C – 100 0 C.
2) Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih
dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45 0 C – 50
0 C.
3) Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi
kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik
4) Kemudian diangkat dan didiamkan selama
beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang
5) Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan
lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta
didinginkan.
6) Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel
sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
7) Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel
parafin tersebut dibungkus dengan handuk
8) Diamkan selama 10-15 menit.
9) Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah
mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin
tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.
10) Rapikan peralatan.
Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah
sebagai berikut:
1) Panaskan parafin dengan suhu antara 90 0
C – 100 0 C.
2) Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih
dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45 0 C –
50 0 C.
3) Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair
pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
4) Tidak seperti metode rendaman, parafin yang
dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan hanya satu lapis.
5) Setiap kali parafin sudah kering, parafin
kering itu dikelupas dari wajah.
6) Begitu seterusnya.
g. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:
1) Melihat / mengetahui efek hasil terapi
2) Membandingkan kondisi patologis sebelum dan
sesudah diberikan terapi
3) Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.
6.
ULTRA VIOLET (UV)
a. Pengertian
Pancaran gelombang
elektromagnetik.
Dengan panjang gelombang
1800A-4000A,
dikelompokan :
1) Far
UV : 1800-2900A, daya tembus -> stratum korneum;
2) Near
UV > 2900-4000A, daya tembus -> stratum spinosum
Upaya pengobatan modalitas
sinar superficial dgn menggunakan sinar ultra violet gelombang panjang (UV B)
atau gelombang pendek (UV A)
UV A (3450-4000A) tanning
(pewarnaan) dengan sedikit eritema kulit, immediate banyak terjadi, tidak semua
orang tampak pada penyinaran 1 jam, hilang dalam beberapa hari
UV B (2800-3150A): uremik
pruritus, eritema kulit, terbakar
UV C (1800-2800 A)
Struktur kulit dari kulit paling luar ke dalam lapisan dermis : stratum
korneum/lapisan tanduk, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum,
stratum basale(pigmen); lapisan dermis : pars papilare & pars retikularis;
Lapisan subkutis.
b. Tujuan
Pemberian UV
1) Untuk
meningkatkan sistem pertahanan tubuh,
2) mempercepat
penyembuhan luka terbuka,
3) penyembuhan
penyakit kulit tertentu
4) Efek
lokal
a) Erytema,
adalah kemerah-merahan pada kulit dan merupakan hal pertama yang dapat
diobserfasi sebagai efek penggunaan UV. Eritema dicapai sekitar 24 jam
kemudian, eritema merupakan hasil stimulasi reaksi inflamasi oleh sinar UV. UV
dapat menyebabkan iritasi dan perubahan degeneratif pada jaringan epidermis.
Stimulasi tersebut merupakan respon dilatasi kapiler, arterioler dan eksudasi
(pengaliran cairan) pada jaringan.
b) Pigmentasi
merupakan peningkatan pigmen melanin yg dibentuk oleh melanoblast yang
berpindah kelapisan lebih superficial pada epidermis. UV dpt mempercepat
produksi melanin melalui stimulasi produksi enzim tyrosinase pada melanoblast
c) Desquamasi
adalah pengelupasan sel-sel kulit mati yang terjadi pada jaringan kulit
d) Pertumbuhan
sel-sel epitel adalah peningkatan sebagai bagian dari proses perbaikan jaringan
dimana sel-sel basal berpindah ke sel-sel diepidermis
5) Efek
antibiotik, merupakan efek destruktif akibat radiasi UV terhadap virus, bakteri
dan organisme-organisme kecil pada permukaan kulit
c. Indikasi
UV
1) radikal
general : penderita dengan kondisi tubuh rendah (alergi, asmatis, bronchitis),
anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan aktivitas (anak
premature, Cerebral Palsy)
2) Radiasi
lokal : penyakit kulit karena jamur, luka lama (decubitus), hipopigmentasi
(bekas luka terbakar), acne vulvagaris
d. Kontra
Indikasi UV
1) Penyakit
yang akut (TBC, paru, dermatitis, exim),
2) penderita
yang sedang mendapat radioterapi,
3) penderita
alergis terhadap sinar UV,
4) sensitiser
(adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap sinar UV setelah
pengobatan dengan obat-obatan tertentu, misal : sulfa, insuline, thyroid
extract, kinine, gold therapy
e. Derajat
Eritema UV
1) Derajat I : MED (Minimal Erytema Dosage),
dosis UV yang dalam beberapa jam menyebabkan eritema minimal, dimana untuk
menentukan dosis terapi, periode laten 6-8 jam, hilang 24-36 jam, iritasi
berkurang & pengelupasan kulit berkurang
2) Derajat
II : 2,5 MED, periode laten 4-6 jam, menghilang 48-96 jam, sedikit iritasi dan
pengelupasan kulit.
3) Derajat
III : 5 MED, periode laten 3-4 jam, menghilang 6-10 hari, panas, nyeri, oedem,
pengelupasan kulit, mirip luka bakar, pigmentasi menambah
4) Derajat
IV : 10 MED, periode laten 2 jam, menetap selama beberapa hari, hilang sampai 2
minggu
f. Prosedur
penggunaan UV
1) Dosis
:
a) Untuk
radiasi general -> dosis : sub erytema, pengulangan 1x1 hari, 1 seri 12x
b) Untuk
radiasi lokal -> dosis E II pengulangan 3 hari 1x, E III pengulangan 3
minggu 1x, E IV pengulangan 2 minggu 1x
2) Teknik
aplikasi
a) Sebelum
terapi dilakukan tes MED (Minimal Erytema Dosage).
b) Posisikan
pasien senyaman mungkin,
c) tutup
semua bagian kecuali area yang akan di tes,
d) bersihkan
dulu dengan alkohol.
e) Area
yang akan diterapi diberi karbon hitam yang ada lobangnya, area lain ditutup
rapat,
f) untuk
terapis pakai kacamata.
g) Timer
dlm detik,
h) alat
tegak lurus pd kulit,
i)
jarak lampu dari kulit 60-90 cm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar