Jumat, 12 Agustus 2016

GOLONGAN ALAT KESEHATAN YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI ATAU MENGURANGI PENYAKIT

Biasanya digunakan oleh ahli fisioterapi.

1.      SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)
a.       Pengertian SWD
Short Wave Diathermy (SWD) adalah Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. 
Short Wave Diathermy biasa disebut dengan Diathermy gelombang pendek.
Berfungsi untuk memanaskan jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga peredaran darah menjadi lancer
Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi 27,12 MHz, panjang gelombang 11 m. 
b.      Tujuan Pemberian SWD
1)      Memperlancar peredaran darah,
2)      mengurangi rasa sakit,
3)      mengurangi spasme otot,
4)      membantu meningkatkan kelenturan jaringan lunak,
5)      mempercepat penyembuhan radang.
c.       Penempatan/susunan elektroda
1)      Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan dengan bagian terapi. 
2)      Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda 
3)      Cross fire treatment ; ½ terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, ½ terapi diberikan elektroda posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis 
4)      Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal 
d.      Indikasi SW
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah) 
e.       Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri. 
f.       Teknik aplikasi SWD
Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi 15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman mungkin, terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak boleh bergerak, intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.
g.      Pengoperasian Short Wave Diathermy
1)            Tempatkan alat pada ruang tindakan.
2)            Lepaskan penutup debu
3)            Siapkan aksesoris (electrode)
4)            Hubungkan alat dengan terminal pembumian
5)            Hubungkan alat dengan catu daya.
6)            Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
7)            Lakukkan pemanasan secukupnya
8)            Atur tombol sesuai kebutuhan pelayanan
9)            Lakukan test fungsi tombol emergenci stop
10)        Jelaskan fungsi dan cara penggunaan tombol emergenci stop pada pasien.
11)        Perhatikan protap pelayanan
12)        Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan
13)        Tentukan electrode yang akan di gunakan dan pasang pada alat.
14)        Atur intensitas energi sesuai yang di perlukan
15)        Tempatkan electrode pada obyek
16)        Atur waktu penyinaran
17)        Lakukan penyinaran. Perhatikan kondisi pasien
18)        Setelah terapi selesai, kembalikan tombol intensitas energi keposisi minimum/nol.
19)        Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol on atau off ke posisi  off
20)        Lepaskan hubungan alat dengan catu daya
21)        Lepaskan kebel pembumian
22)        Lepaskan electrode dan bersihkan
23)        Bersihkan alat. Pastikan alat short wave diathermy dalam keadaan baik dan siap di fungsikan pada pemakaian berikutnya.
24)        Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula dan Pasang penutup debu
25)        Catat beban kerja alat - dalam jumlah pasien

2.      MICROWAVE DIATHERMY (MWD)
a.       Pengertian MWD
Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya 3 cm, efektif pada otot 
b.      Indikasi MWD
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal, Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis), kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis) 
c.       Kontraindikasi MWD
Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi. 
d.      Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD
Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada daerah lokal. 
e.       Teknik aplikasi MWD: 
1)      Persiapan alat : tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit
2)      persiapan pasien :
a)      bebaskan dari pakaian dan logam,
b)      posisikan pasien senyaman mungkin,
c)      tes sensibilitas, jarak 5-10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi 3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt (toleransi pasien), dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi :
(1)   aktualitas rendah : thermal,
(2)   aktualitas sedang : subthermal,
(3)   aktualitas tinggi : athermal

3.      ULTRASOUND (US)
a.       Pengertian US
Terapi dgn menggunakan gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz). 
Gelombang suara ultra sonik yang merupakan gelombang suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekwensi 0,1 hingga 5 MHz.
Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya dengan frekwensi dan intensitas masing-masing (Lehmaun 1990)

UNTUK DIAGNOSTIK
FREKWENSI
INTENSITAS
Echocardiography
5 M Hz
3,4 mW/cm²
Echophalography
5 M Hz
3,4 mW/cm²
doppler blood flow
5 s.d 10 M Hz
203 m/W/cm²
obstretical  doopler
2,25 M Hz
6,3 m/W/cm²
UNTUK SURGICAL


gallostone ablation
0,01 M Hz
20 s.d 100 W/cm²
UNTUK TERAPEUTIK


physical medicine & rehabilitation
0,75 s.d 3 M Hz
0.1 s.d 5 W/cm²

b.      Tujuan pemberian US
1)      Mengurangi ketegangan otot,
2)      mengurangi rasa nyeri,
3)      memacu proses penyembuhan collagen jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman < dari 5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap media:
a)      Tulang : penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz
b)      kulit : penentrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 12 mm
c)      tendon : penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
d)     Otot : penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
e)      Lemak : penentrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55 mm, 3 MHz penentrasi : 1/3 dari frek 1 MHz
c.       intensitas terapi :
1)      kontinu. intensitas rendah <0,3 W/cm²,
2)      intensitas sedang 0,3-1,2 W/cm²,
3)      intensitas kuat 1,2-3W/cm².
4)      untuk efek terapeutik 0,7-3 MHZ.
d.      Frekuensi :
1)      untuk kasus pada kondisi subakut  waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x.
2)      Untuk kasus pada kondisi kronik waktu 5-10 menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari, sehari 12-18x.
e.       Metode US
1)      Kontak langsung :
paling banyak digunakan ; perlu adanya media coupling (Gel, water oil, pasta analgetik, water). Syarat media coupling  harus steril, tidak terlalu cair, tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak menimbulkan flek/pekat.
2)      Kontak tidak langsung :
sub aqual (dalam air) di dalam air, hal ini dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya kecil dan tidak rata permukaannya (trigger finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari.
water pillow ( kantong plastik/karet mengandung air) kontak dipermukaan tubuh tidak rata; medium antara sisi kantong – kulit, sisi kantong – tranduser.
f.       Teknik Aplikasi US
1)      Sebelum terapi :
a)      lakukan assesment,
b)      Persiapan alat
(1)   tes sensibilitas,
(2)   lokalisasi daerah terapi,
(3)   tentukan metode (langsung/tidak langsung),
c)      Persiapan pasien
beri penjelasan kepada pasien : “ bapak/ibu saya akan memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit hangat gunanya untuk memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan mengurangi nyeri”
2)      Penatalaksanaan US
a)      Berikan gel pada daerah yang akan diterapi
b)      Ratakan gel dgn tranduser,
c)      nyalakan alat
d)     Timer ditentukan dari  luas area dibagi dengan luas ERA
e)      Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi :
(1)   aktivitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm²)
(2)   aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm²)
(3)   aktivitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm²)
f)       Intensitas/durasi :
(1)   pada kondisi akut : intermiten ;
(2)   pada kondisi kronik : continous
g)      Ultrasound dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan tidak rata), penerapannya : Tidak langsung bersentuhan dengan air, jaraknya 1,5-2,5 cm
h)      Untuk tranduser 1 MHz : penentrasi lebih dalam, tapi area konvergen 3x lebih kecil.
i)        Untuk tranduser 3 MHz : penentrasi lebih kecil tapi area konvergen 3x lebih besar.
3)      Efek US
a)      Mekanis : menimbulkan efek micromassage, Dilatasi, Inflamasi
b)      Thermal : menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil dimana panas ringan sampai 5 cm (deep) dan lebih dominan pada continue.
c)      Piezoelectric : perubahan muatan membran sehingga terjadi proses kimiawi di jaringan di sekitarnya
d)     Biologis :
(1)   menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
(2)   meningkatkan sirkulasi darah
(3)   meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan
(4)   menimbulkan rileksasi otot sehingga akan mengurangi nyeri. 
4)      Indikasi US
a)      kondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik,
b)      adanya jaringan parut (scar tissue) pada kulit,
c)      kondisi ketegangan,
d)     pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament).
e)      Kondisi inflamasi kronik ;
f)       oedema
g)      gangguan sirkulasi darah,
h)      contoh kasus yg termasuk indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis Genu, Hernia Nucleus Pulposus, Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow, frozen shoulder.
5)      Kontra indikasi US
a)      jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak),
b)      jaringan yang baru sembuh,
c)      jaringan/granulasi baru,
d)     kehamilan,
e)      pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat,
f)       tanda-tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.

4.      Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)
a.       Pengertian TENS
Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri 
Pada TENS mempunyai bentuk pulsa :
1)      Monophasic mempunyai bentuk gelombang rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus searah;
2)      biphasic bentuk pulsa rectanguler
3)      biphasic simetris dan
4)      sinusoidal biphasic simetris;
pola polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interferensi atau campuran. 
Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi. 
b.      Tujuan pemberian TENS
1)      Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot,
2)      re-edukasi fungsi otot,
3)       modulasi nyeri tingkat sensorik,
4)      spinal dan supraspinal,
5)      menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon,
6)      memperlancar peredaran darah dan
7)      memperlancar resorbsi oedema 
c.       Frekuensi Pulsa
1)      Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 – 200 pulsa detik.
2)      Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah 
Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit sehingga dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi.
Arus listrik frekuensi menengah bersifat lebih konduktif untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan mempunyai penetrasi yang lebih dalam. 
d.      Penempatan Elektroda
1)      Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri 
2)      Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu
3)      Area trigger point dan motor point
e.       Indikasi TENS
1)      Kondisi LMNL (Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri, kondisi sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik,
2)      kondisi LMNL kronik yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon transverse, kondisi keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan,
3)      kondisi peradangan sendi (Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow),
4)      kondisi pembengkakan setempat yang belum 10 hari
f.       Kontra Indikasi TENS
1)      Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu,
2)      adanya ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan,
3)      kondisi peradangan akut
4)      penderita dlm keadaan panas
g.      Prosedur TENS
1)      Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik
2)      Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik
3)      Persipan pasien
(a)    kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll,
(b)   periksa sensasi kulit,
(c)    lepaskan semua metal di area terapi,
(d)   jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di atas fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit baru.

5.      PARAFIN BATH
a.       Pengertian
merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan paraffin sebagai medianya.
Paraffin yang digunakan untuk terapi ini adalah paraffin biasa yang ditambah paraffin oil kemudian dipanaskan hingga meleleh dengan suhu > 55 0 C.
Perbandingan natara paraffin dengan paraffin oil adalah 6 : 1.
Pengobatan panas superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.
b.      Tujuan
1)      Preliminary terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage),
2)      memperlancar peredaran darah,
3)      mengurangi rasa sakit,
4)      menambah kelenturan jaringan perifer,
5)      lingkup gerak sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.
c.       Metode Aplikasi
1)      Metode Deep :
(a)    mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath
(b)   terbentuk permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit
(c)    tarik kembali
(d)   ulang 8-10x sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas)
(e)    bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas
(f)    lama 15-20 menit
(g)   setelah itu sarung tangan parafin dilepas
2)      Metode immersion :
(a)    mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin
(b)   terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit
(c)    lama 20-30 menit
(d)   lebih efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
3)      Metoda brushing :
(a)    dengan menggunakan kuas
(b)   untuk area yang tidak dijangkau (pinggang, hip, pada regio yang besar)
d.      Persiapan alat
Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi.
Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath
1)      Parafin & parafin oil
2)      Handuk 
3)      Kuas
e.       Persiapan penderita
1)      Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada pasien.
f.       Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi.
Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode rendaman:
1)      Panaskan parafin dengan suhu antara 90 0 C – 100 0 C.
2)      Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45 0 C – 50 0 C.
3)      Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik 
4)      Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang 
5)      Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan.
6)      Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
7)      Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk 
8)      Diamkan selama 10-15 menit.
9)      Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.
10)  Rapikan peralatan.
Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:
1)      Panaskan parafin dengan suhu antara 90 0 C – 100 0 C.
2)      Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45 0 C – 50 0 C.
3)      Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
4)      Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan hanya satu lapis.
5)      Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
6)      Begitu seterusnya.
g.      Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:
1)      Melihat / mengetahui efek hasil terapi
2)      Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi
3)      Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.

6.      ULTRA VIOLET (UV)
a.       Pengertian
Pancaran gelombang elektromagnetik.
Dengan panjang gelombang 1800A-4000A,
dikelompokan :
1)      Far UV : 1800-2900A, daya tembus -> stratum korneum;
2)      Near UV > 2900-4000A, daya tembus -> stratum spinosum 
Upaya pengobatan modalitas sinar superficial dgn menggunakan sinar ultra violet gelombang panjang (UV B) atau gelombang pendek (UV A)
UV A (3450-4000A) tanning (pewarnaan) dengan sedikit eritema kulit, immediate banyak terjadi, tidak semua orang tampak pada penyinaran 1 jam, hilang dalam beberapa hari
UV B (2800-3150A): uremik pruritus, eritema kulit, terbakar
UV C (1800-2800 A) Struktur kulit dari kulit paling luar ke dalam lapisan dermis : stratum korneum/lapisan tanduk, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basale(pigmen); lapisan dermis : pars papilare & pars retikularis; Lapisan subkutis. 
b.      Tujuan Pemberian UV
1)      Untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh,
2)      mempercepat penyembuhan luka terbuka,
3)      penyembuhan penyakit kulit tertentu
4)      Efek lokal 
a)      Erytema, adalah kemerah-merahan pada kulit dan merupakan hal pertama yang dapat diobserfasi sebagai efek penggunaan UV. Eritema dicapai sekitar 24 jam kemudian, eritema merupakan hasil stimulasi reaksi inflamasi oleh sinar UV. UV dapat menyebabkan iritasi dan perubahan degeneratif pada jaringan epidermis. Stimulasi tersebut merupakan respon dilatasi kapiler, arterioler dan eksudasi (pengaliran cairan) pada jaringan.
b)      Pigmentasi merupakan peningkatan pigmen melanin yg dibentuk oleh melanoblast yang berpindah kelapisan lebih superficial pada epidermis. UV dpt mempercepat produksi melanin melalui stimulasi produksi enzim tyrosinase pada melanoblast
c)      Desquamasi adalah pengelupasan sel-sel kulit mati yang terjadi pada jaringan kulit
d)     Pertumbuhan sel-sel epitel adalah peningkatan sebagai bagian dari proses perbaikan jaringan dimana sel-sel basal berpindah ke sel-sel diepidermis
5)      Efek antibiotik, merupakan efek destruktif akibat radiasi UV terhadap virus, bakteri dan organisme-organisme kecil pada permukaan kulit 
c.       Indikasi UV
1)      radikal general : penderita dengan kondisi tubuh rendah (alergi, asmatis, bronchitis), anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan aktivitas (anak premature, Cerebral Palsy)
2)      Radiasi lokal : penyakit kulit karena jamur, luka lama (decubitus), hipopigmentasi (bekas luka terbakar), acne vulvagaris
d.      Kontra Indikasi UV
1)      Penyakit yang akut (TBC, paru, dermatitis, exim),
2)      penderita yang sedang mendapat radioterapi,
3)      penderita alergis terhadap sinar UV,
4)      sensitiser (adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap sinar UV setelah pengobatan dengan obat-obatan tertentu, misal : sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy 
e.       Derajat Eritema UV
1)       Derajat I : MED (Minimal Erytema Dosage), dosis UV yang dalam beberapa jam menyebabkan eritema minimal, dimana untuk menentukan dosis terapi, periode laten 6-8 jam, hilang 24-36 jam, iritasi berkurang & pengelupasan kulit berkurang
2)      Derajat II : 2,5 MED, periode laten 4-6 jam, menghilang 48-96 jam, sedikit iritasi dan pengelupasan kulit.
3)      Derajat III : 5 MED, periode laten 3-4 jam, menghilang 6-10 hari, panas, nyeri, oedem, pengelupasan kulit, mirip luka bakar, pigmentasi menambah
4)      Derajat IV : 10 MED, periode laten 2 jam, menetap selama beberapa hari, hilang sampai 2 minggu 
f.       Prosedur penggunaan UV
1)      Dosis :
a)      Untuk radiasi general -> dosis : sub erytema, pengulangan 1x1 hari, 1 seri 12x
b)      Untuk radiasi lokal -> dosis E II pengulangan 3 hari 1x, E III pengulangan 3 minggu 1x, E IV pengulangan 2 minggu 1x
2)      Teknik aplikasi
a)      Sebelum terapi dilakukan tes MED (Minimal Erytema Dosage).
b)      Posisikan pasien senyaman mungkin,
c)      tutup semua bagian kecuali area yang akan di tes,
d)     bersihkan dulu dengan alkohol.
e)      Area yang akan diterapi diberi karbon hitam yang ada lobangnya, area lain ditutup rapat,
f)       untuk terapis pakai kacamata.
g)      Timer dlm detik,
h)      alat tegak lurus pd kulit,
i)        jarak lampu dari kulit 60-90 cm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar